Kreatif Perlakukan Karya sebagai Apply Art

Kreatif Perlakukan Karya sebagai Apply Art

Bagi Gagoek Hardiman, melukis tak sekadar sarana menuangkan hobi. Dengan karya, ia melihat peluang bisnis. Hal-hal sepele yang dikemas membuat karya lukis akan menguntungkan. Beriringan dengan kreativitas yang terus jalan.

Profesinya arsitek. Tapi Gagoek lebih sreg bila disebut sebagai pelukis daripada arsitek. Baginya, hobi melukis lebih penting. Apalagi melukis menunjang kesehatannya. Gagoek merasa bisa rileks dengannya. ”Melukis bisa membuat lupa semua masalah. Segala sakit, beban dan stres hilang. Melukis itu sehat,” ungkapnya.

Hal itu bukan sekadar kata-kata. Ada pengalaman nyata yang dialaminya. Ia pernah terserang sakit. Doker mengharuskannya beristirahat total. Di sela rehatnya itu, ia mengisinya dengan melukis. ”Saya sembuh dan mampu beraktivitas kembali seperti sedia kala,” ujar pria yang suka dipanggil Mbah Gagoek itu.

Sebagai arsitek, Gagoek tentu saja ahli dalam menggambar gedung atau bangunan dengan gambar teknik, skala, dan perspektif yang tepat. Jika arsitek itu bisa melukis, biasanya tak hanya terbatas bangunan. Namun bisa menggambar objek apa saja. ”Tapi perlu dicatat. Semua arsitek bisa menggambar, tapi tak semua arsitek bisa melukis,” ungkap pria 68 tahun itu.

Kucing

Gambaran arsitek yang melukis itu bisa disimak dalam karya Gagoek berjudul Kucing, Srikandi Belajar Memanah dan Cucuku Yoda Arsha Danurendra. Semua lukisan melepaskan diri dari kecenderungan gambar bangunan atau posisi objek yang penuh dengan keteraturan seperti halnya dalam gambar arsitektural.

”Nah, saya memang berusaha lepas dari itu semua,” ujarnya. Gagoek berusaha agar menjadikan gambarnya luwes. Jika pelukis murni dapat memanipulasi perspektif, maka seorang pelukis yang memiliki keilmuan arsitek, tak tega jika gambarnya lepas sepenuhnya dari kecenderungan tersebut.

Gagoek Hardiman

”Itulah yang saya rasakan. Karya saya berbeda dengan karya pelukis Nanang Widjaya, misalnya, yang melengkungkan atau membiaskan objek. Saya belum bisa seperti itu. Masih terpaut teknik arsitek,” ungkapnya.

Boleh dibilang, karya Gegoek seluruhnya bergenre realis. Gaya itu dipilihnya karena merasa lebih mudah untuk diaktualisasikan. ”Saya membuat garis langsung dari kuas. Memang belum begitu luwes. Masih terus berusaha,” ungkapnya.

Dalam berkarya, semula Ggoek banyak membuat tema tentang tradisi Indonesia. Tak disangka karya tersebut disukai kolektor. ”Rata-rata kolektor dari luar negeri. Mereka kan memang suka dengan yang berbau asli Indonesia. Meskipun karya saya enggak begitu hebat, saya bikin yang laris seperti kacang goreng,” ungkapnya.

Artinya, ia cukup membuat karya bertema sederhana. Namun berpikir bagaimana yang disukai banyak orang. ”Dalam musikm prinsip itu dipakai oleh Koes Plus. Musiknya jauh dari teknik yang rumit. Tapi unsur easy listening atau pemilihan karakter yang tepat dapat membuat lagu-lagunya laris manis. Begitu kan,” terangnya.

Lompat Batu

Unsur keindonesiaan dalam karya Gagoek memang mampu menunjang karakter. Lukisan-lukisan Gagoek tentang tradisi itu di antaranya Lompat Batu, hasil dari kunjungannya ke Nias, Tarian Legenda Putri Mandalika. Semua dihasilkannya dari petualangannya di Kota Lombok.

Sketsa karya Gagoek Hardiman berjudul Tarian Legenda Putri Mandalika yang diaplikasikan dalam tote bag yang cantik. (Gagoek Hardiman untuk Harian Disway)

Salah satu lukisan Gagoek yang lain masuk ke dalam daftar cover kalender yang dibuat Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) yang diikutinya. Lagi-lagi, kalender tersebut laku di pasaran. Bahkan terjual sampai ke Papua.

”Bahkan ada pembeli kalendernya yang memigura karya saya itu. Senang rasanya ada orang yang mengapresiasi dengan baik. Sejak itu saya punya prinsip bahwa karya saya harus dibuat dengan tetap memperhatikan selera penikmatnya, harus bisa disukai,” ungkap pria asli Madiun itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: