Diterima atas Pertimbangan Kultur

Diterima atas Pertimbangan Kultur

Indonesia memiliki peluang besar masuk Afrika di bidang modest fashion. Visinya sudah bukan lagi soal menjual barang. Ia dapat membaca peluang untuk tukar pengalaman serta menggali potensi kerja sama dan bisnis lebih lanjut.

Hal itu disampaikan Dubes RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika Al Busyra dalam sesi keynote speech di acara webinar Diaspora Talk: What to Expect from Modest Fashion 2022. Ia menjelaskan bahwa Ethiopia berpotensi sebagai tempat masuknya modest fashion dari Indonesia.

Antara lain karena pertama, penduduknya terbesar kedua di benua Afrika, yaitu 115 juta. Kedua, Ethiopia memiliki konektivitas internasional yang luas. Banyak diaspora Ethiopia bermukim di Amerika, Eropa dan Timur Tengah.

Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika Al Busrya Basnur ketika menjelaskan tren modest fashion di Afrika, dalam webinar.

”Selain itu, sejumlah desainer dan model Ethiopia sudah memiliki pengakuan sampai ke level dunia. Sebut saja Lia Kebede,” papar Dubes Al Busyra, dalam acara yang diselenggarakan Indonesian Diaspora Business Council itu.

Apalagi modest fashion di Indonesia semakin berkembang pesat dan maju. Fenomena ini ditandai oleh munculnya banyak entrepreneur dan desainer muda. Namun, sebagian besar masih berkiprah di pasar domestik. Padahal ada peluang bagi mereka untuk go international.

Dimulai dari Kawasan Afrika. Mengingat jumlah penduduk Ethiopia yang cukup banyak dan memiliki konektivitas yang bagus di dunia global. Didukung masyarakat Ethiopia yang menjunjung tinggi agama, adat, dan tradisi yang sangat mempengaruhi cara mereka berpakaian.

”Ada benang merah yang bisa diambil dari cara mereka berpakaian. Masyarakat Muslim sebagai mayoritas dan yang beragama kristen ortodoks sama-sama lebih menyukai pakaian yang menutup tubuh mereka,” paparnya.

Modest fashion yang diperagakan Rawdah Mohammad, seorang influencer kecantikan asal Somalia.

Itu cocok dengan prinsip modest fashion yang lebih menutupi bentuk tubuh atau tidak menonjolkan bentuk tubuh. Biasanya pakaian ini dikenakan karena alasan agama atau budaya. Di sisi lain, perempuan dari berbagai negara turut memakainya. Sehingga modest fashion dianggap bukan hanya pakaian masyarakat Muslim. Cakupannya lebih luas lagi karena menyangkut ranah fashion

Ditambahkan Salman Alfarisi, Duta Besar RI di Afrika Selatan, pihaknya melakukan KBRI Pretoria dalam mempromosikan fashion Indonesia. Hubungan sejarah masyarakat Indonesia dan Afrika Selatan yang terjalin sejak lama, membuat kedua bangsa saling mengenal dan bekerja sama dengan baik.

”Masyarakat di kawasan selatan Benua Afrika sudah dari sananya pakai pakaian sopan. Malah di sini mereka bisa memadukannya dengan batik. Popularitasnya didongkrak karena mendiang Nelson Mandela suka dengan batik,” kata Salman.

Jadi kultur fashion di Afrika Selatan rasanya bisa menjadi pasar yang efektif bagi industri modest fashion dari Indonesia. Mereka terbagi dua. Warga lokal menyukai kain dengan warna terang. Berbeda dengan para pendatang yang mayoritas berkulit putih yang menyukai bentuk pakaian dari Benua Eropa.

Namun ada hambatan memasarkan produk di Afrika Selatan karena pemerintah setempat yang menerapkan pajak sebesar 40 persen untuk barang dalam bentuk jadi. Sehingga harganya relatif tinggi di pasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: