Pemeriksaan Seksama Tentukan Rencana Pengobatan

Pemeriksaan Seksama Tentukan Rencana Pengobatan

Kanker darah adalah keganasan yang berasal dari sel darah yang diproduksi sumsum tulang. Ini menganggu sel darah normal menjalankan fungsinya. Mari kita kenali limfoma atau kanker kelenjar getah bening yang memiliki sejumlah gejala. Waspadailah.

Selain limfoma yang akan dibahas lebih lanjut, ada dua jenis kanker darah paling umum yang dialami orang dewasa adalah yaitu leukemia dan myeloma. Pada limfom, gejala yang umum terjadi adalah pembesaran kelenjar getah bening. ”Itulah sering dinamai kanker kelenjar getih bening,” kata dr Putu Niken Ayu Amrita Sp.PD-KHOM, dokter di Adi Husada Cancer Center Surabaya.
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem limfatik tubuh yang berfungsi melawan infeksi, sel kanker dan zat yang membahayakan tubuh. Karena kelenjar ini bagian dari sistem limfatik, sehingga kelenjar getah bening tersebar di seluruh tubuh, termasuk leher, ketiak, perut, dan selangkangan.

Ada dua jenis utama kanker limfoma atau kelenjar getah bening, yakni limfoma hodgkin. Limfoma yang melibatkan tipe limfosit sel B yang tidak normal disebut sel reed-sternberg. Jenis ini termasuk limfoma yang lebih jarang terjadi. Limfoma jenis kedua adalah non-hodgkin (LNH). Merupakan jenis yang paling umum. Biasanya berkembang dari limfosit B dan T (sel) di kelenjar getah bening atau jaringan di seluruh tubuh.

Namun semua jenis limfoma itu memiliki sejumlah gejala yang perlu diwaspadai. Pada limfoma hodgkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya di selangkangan, leher, atau ketiak. Demam, kelelahan, keringat malam, batuk dan sulit bernapas, serta gatal.

Sedangkan pada limfoma non-hodgkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, perut bengkak, merasa kenyang dengan sedikit makan. Demam, sesak napas, batuk, berkeringat, serta penurunan berat badan.

Faktor risiko kedua kanker getah bening ini berbeda. Pada limfoma hodgkin biasanya terjadi antara usia 15-40 tahun. Faktor risiko meliputi adalah riwayat keluarga, sistem kekebalan tubuh yang lemah, Infeksi sebelumnya dengan virus Epstein-Barr (EBV) dan Infeksi HIV.

Sedangkan limfoma non-hodgkin bisa terjadi pada hampir semua usia. Faktor risikonya meliputi sistem kekebalan tubuh yang lemah, paparan beberapa bahan kimia, infeksi helicobacter pylori kronis, radiasi atau kemoterapi sebelumnya, penyakit autoimun, dan infeksi HIV.

dr Putu Niken Ayu Amrita Sp.PD-KHOM, dokter di Adi Husada Cancer Center Surabaya

Proses diagnosis awal untuk limfoma non-hodgkin seperti dengan pemeriksaan fisik, gejala-gejala yang dialami dan detail riwayat kesehatan. Jika ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening di area tubuh tertentu dan organ limpa, tanpa dapat menemukan penyebabnya, maka diperlukan untuk menjalankan pemeriksaan lebih lanjut.

Bisa dengan pemeriksaan biopsi untuk mengambil sampel jaringan yang membesar kemudia diperiksa di laboratorium. Jika ditemukan limfoma non-hodgkin pemeriksaan dilanjutan untuk mengetahui stadium dan area penyebarannya, sekaligus menentukan tipe limfoma non-hodgkin yang tumbuh.

”Dengan imunohisto kimia macam biopsi yang dapat dilakukan adalah biopsi bedah, biopsi jarum serta biopsi lainnya seperti biopsi dan aspirasi sumsum tulang, lumbal pungsi, sampel cairan peritoneal atau pleura,” terangnya.

Pemeriksaan lainnya selain biopsi adalah pemeriksaan darah lengkap dan urin. Ini dilakukan untuk melihat seberapa lanjut suatu limfoma atau untuk mengetahui kadar sel darah putih/sel darah merah/keping darah.

Tes kimia darah untuk memastikan fungsi hati dan ginjal. Pemeriksaan pada lactate dehydrogenase (LDH) dilakukan karena seringkali meningkat pada limfoma. Sedangkan pemeriksaan fungsi jantung dan paru mungkin dilakukan jika pasien akan menerima obat kemoterapi tertentu.

Pemeriksaan penunjang imaging yang biasa dilakukan pada kasus limfoma non-hodgkin antara lain X-ray dengan mengunakan sinar-X dosis rendah untuk pemindaian pembesaran kelenjar getah bening.

Sementara CT Scan dapat memberikan gambaran yang lebih detail pada bagian leher, dada, abdomen dan panggul. Selain itu CT Scan digunakan untuk mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening, atau kelainan lainnya pada hati dan limpa. Umumnya dilakukan pada penilaian stadium dan untuk mengevaluasi keberhasilan terapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: