Kunjungan Pertama ke RSLI setelah Naik Jabatan

Kunjungan Pertama ke RSLI setelah Naik Jabatan

Jabatan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim kosong saat kasus Covid-19 sedang menggila Juli lalu. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa harus mencari pengganti dr Herlin Ferliana yang dimutasi sebagai Direktur Utama RS Haji Surabaya. Butuh satu setengah bulan bagi gubernur untuk memilih dr Erwin Astha Triyono sebagai penggantinya.

RADIAN Jadid duduk membelakangi meja. Matanya mengarah ke tempat parkir di dekat tenda utama Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI). Ketua Relawan Pendamping Keluarga Pasien Covid-19 RSLI dan Rumah Isolasi Orang Tanpa Gejala (OTG) Bangkalan itu sedang menunggu tamu istimewa.

Konseptor sekaligus Kepala RSLI pertama dr Erwin Astha Triyono akan datang mampir mengunjungi mantan anggota timnya. “Ini kunjungan bersejarah. Ini kunjungan pertama sejak beliau dilantik jadi kadinkes,” kata Jadid, Sabtu (9/10).

Setengah jam sebelumnya, dr Erwin menelepon. Ia sedang dalam perjalanan menuju RSLI dari Gresik. Jadid berdiri setiap ada mobil yang masuk. Siapa tahu itu mobil dr Erwin. Ternyata bukan. Survivor Covid-19 yang sudah mendonorkan plasmanya sebanyak 14 kali itu sudah tidak sabar. Sudah sangat rindu untuk bertemu dr Erwin.

Setelah hampir sejam menunggu, ada mobil dinas yang masuk dan mendekat ke tenda utama. Tidak diragukan lagi. Itu adalah dr Erwin. Ia keluar dari pintu belakang sambil melambaikan tangan. Jadid meminta semua relawan, dokter, dan perawat menyambut mantan pimpinan mereka itu. 

Erwin menyapa setiap tenaga kesehatan (nakes) di dalam tenda. Yang bertugas siang itu cuma sedikit. Tidak sampai 20 orang. Maklum, pasien RSLI sudah kosong tiga pekan terakhir. 

Jadid mengumpulkan semua kru untuk duduk di meja tengah yang dibentuk menyerupai huruf U.  “Setelah sekian lama akhirnya kita kembali bersama,” kata Jadid membuka acara pertemuan itu.

Ada pertanyaan tentang nasib RSLI. Apakah dipertahankan atau akan ditutup. Sudah tiga pekan situasi terkendali. Tak ada satu pun pasien yang dirawat di sana.

Dokter Erwin mengambil alih mikrofon. Ia mengatakan RSLI bersifat statis. Selama situasi Covid-19 masih belum bisa diprediksi, RSLI akan terus dipertahankan. 

Virus terus bermutasi. Katanya, virus juga makhluk Tuhan. Mereka dibekali mekanisme pembelaan diri.  “Tapi manusia diberi kemampuan beradaptasi. Kita juga buatan Tuhan. Jangan kalah,” ucap pria 52 tahun itu. 

Erwin sudah mempelajari Covid-19 sejak Februari 2020. Saat itu jurnal-jurnal dari Tiongkok mulai bermunculan. Pada 2 Maret 2020, kasus pertama Covid-19 Indonesia ditemukan di Depok. Pada 17 Maret 2020, Jatim menyusul. Ada enam orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari Surabaya. Semuanya dirawat di RS Unair.

Kasus mulai merangkak naik. Gubernur Khofifah Indar Parawansa mulai mengundang berbagai pakar untuk mengatur strategi pada 5 Mei 2020. Dokter Erwin yang mengambil spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit tropik infeksi turut diundang.

Gubernur mengusulkan ke pemerintah pusat agar aset daerah dimanfaatkan jadi RS darurat. Lahan eks RS Kulit dan Kelamin Indrapura yang satu kompleks dengan Museum Kesehatan bisa dipakai.

Pada 10 Mei dr Erwin meninjau lokasi. Ketua Satgas Kuratif Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi yang satu tim dengannya di RSUD dr Soetomo, memintanya memimpin proyek RS darurat itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: