Sumpah Ulang dan Bernama Baru

Sumpah Ulang dan Bernama Baru

”Dapat dari mana pin itu, Mas? Apakah Anda berdua adalah...,” ujar Legino belum selesai bicara karena salah satunya memotong. ”Akeh nang Pasar Turi, Mas,” ujarnya, asal. Katanya, pin semacam itu banyak di Pasar Turi. Mendengar jawaban itu, Legino tertawa. ”Tidak mungkin. Kalau betul di Pasar Turi banyak, saya pesan sepuluh,” tukasnya.

Legino bererus terang bahwa ia sama dengan mereka. Sebagai penganut Budda Jawi Wisnu yang identik dengan pin berbentuk cakra. Sebuah senjata bulat dengan berbagai sudut yang runcing menyerupai matahari. Cakra adalah senjata sakti milik Hyang Wisnu yang mereka muliakan.

Kedua orang itu terkejut. Rupanya siang itu kuasa Tuhan telah mempertemukan ketiganya. Sejak itu ketiganya sering bertemu dan berdoa bersama. ”Kebetulan saat itu Romo Resi Kusumodewo hendak singgah ke Surabaya untuk bertemu dengan para penganut Budda Jawi Wisnu,” kenangnya.

Saat tiba harinya, Legino berangkat ke sebuah rumah di Jalan Jetis Kulon yang disinggahi Resi Kusumodewo. Legino datang bersama istri dan putri sulungnya. Ia berblangkon, beskap, dan kain jarik. Di sana, Legino bertemu dengan banyak orang yang mengenakan pakaian yang sama di depan pintu rumah tersebut.

Kharisma Resi Kusumodewo menggetarkan siapa saja. Wajahnya teduh dengan kacamata tebal. Pemimpin tertinggi Budda Jawi Wisnu yang selalu tersenyum itu dianugerahi umur panjang. Lahir pada 1856. Ketika itu, pada 1980, umurnya 124 tahun. ”Memang benar segitu umur beliau. Wafat pada 1992 dalam usia 136 tahun,” ungkapnya.

Dalam acara itu, Legino selalu menundukkan kepalanya. Ia mendengarkan betul apa saja yang dikatakan Resi Kusumodewo. Sang Resi berkali-kali menatapnya, hingga ia dipanggil untuk maju ke hadapannya. ”Siapa namamu?,” tanyanya. ”Kusnadi, Romo Resi,” jawab Legino.

Resi Kusumodewo tersenyum kemudian menyentuh pundaknya. ”Opo sliramu sabelo marang agomo?”. Ia bertanya, apakah ia benar-benar tulus dalam beragama. ”Njih, Romo,” jawabnya, mengiyakan.

Diceritakannya pula bahwa ia pertama kali memeluk Budda Jawi Wisnu. Disumpah oleh seorang tokoh agama dari Surabaya bernama Poniman. Biasanya, setelah disumpah ada lembar pengesahan sebagai tanda telah memeluk Budda Jawi Wisnu.

Namun Legino belum sempat diberi oleh Poniman. Jika pun masih ada, dokumen-dokumen yang dipegang oleh Poniman dan beberapa tokoh lain, tak diketahui di mana rimbanya. Akibat ketegangan pasca-1965.

Menanggapi hal itu, Resi Kusumodewo berujar: ”Kalau begitu sumpah ulang saja di hadapan saya. Nanti kamu, istrimu. dan anakmu saya beri nama baru.” ”Tentu saja saya setuju bersumpah di hadapan seorang Resi Budda Jawi Wisnu,” ujarnya.

Setelah prosesi sumpah digelar, sang Resi menunjukkan telapak tangannya ke arah Legino. ”Nama barumu...,” ujarnya meskipun sempat terhenti. Sambil tersenyum, sang Resi melanjutkan kalimatnya. ”Legino Marto Wiyono,” tegas Resi. Sejak itu, Legino bukan lagi Kusnadi. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Selanjutnya: Menjadi orang kepercayaan Resi Kusumodewo...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: