Menantang Hawa Dingin Oktober

Menantang Hawa Dingin Oktober

Hutan cemara di kanan-kiri serta latar gunung tersebut menciptakan bias warna yang menarik. Sehingga warna air danau terlihat hijau kebiruan. Bayang ujung daun cemara pecah oleh ikan-ikan yang muncul ke permukaan.

Aku meraih sebagian air danau dengan telapak tanganku. Sekadar ingin merasakannya saja. Cukup dingin. Lalu kutengok, ternyata ketiga ibu-ibu itu telah berada di atas jembatan dan sibuk berfoto. Tak mau ketinggalan, aku menyusul mereka dan selfie bareng.

Kawasan wisata Lake Louise memiliki berbagai fasilitas menarik. Seperti penginapan dan resort untuk ski dan hiking. (Wisnu Aji Setyo Wicaksono untuk Harian Disway)

Setelah puas menikmati Emerald Lake, kami berjalan menuju Lake Louise yang terletak di Taman Nasional Banff. Perjalanan menggunakan mobil ditempuh selama 45 menit.

Berbeda dengan Emerald. Tepi danaunya dipenuhi dengan tumpukan-tumpukan batu besar. Latarnya masih pegunungan Rocky Mountain dengan sebuah tebing tinggi yang menjulang di samping sebuah pemukiman.

Kawasan wisata Lake Louise memiliki berbagai fasilitas menarik. Seperti penginapan dan resort untuk ski dan hiking. Aku datang waktu musim gugur. Jadi relatif tak begitu ramai. Tempat tersebut baru dipenuhi wisatawan ketika musim dingin.

Mereka berbondong-bondong datang sambil membawa pakaian tebal dan perlengkapan ski. Maklum Lake Louise merupakan salah satu destinasi wisata ski paling diminati di Kanada. Bahkan di dunia lho.

Setelah puas berfoto-foto sembari duduk di bebatuan tepi danau, kami memutuskan untuk kembali lagi ke Calgary. Cukup melelahkan namun menyenangkan. Sesampainya di tempat menginap, kurebahkan diri. Beristirahat. Bersiap untuk mengisi workshop menari lagi selama seharian.

Jadi pada tanggal 16 aku hanya mengisi workshop. Tidak ke mana-mana. Tapi pada tanggal 17, setelah mengisi workshop sampai sore, kusempatkan untuk berjalan-jalan lagi ke Downtown Cresent Height pada malam harinya.

Kulihat kembali rupa bangunan Scotiabank Saddledome. Gemerlap lampu mewarnai tepi atap bangunan tersebut. Latarnya gedung-gedung tinggi. Dari atas kulihat lalu-lalang manusia. Para pejalan kaki dan pengendara mobil.

Di Downtown Cresent Height, aku juga penasaran dengan Jembatan Perdamaian (Peace Bridge). Arsitekturnya unik. Warga setempat menyebutnya sebagai Finger Trap Bridge. Mungkin karena susunannya mirip puzzle. Trapesium yang berjajar seolah mengundang jari manusia untuk memainkan rangkaiannya.

Berpose bersama pengurus kelompok Budaya Nusantara di Emerald Lake yang mengajak jalan-jalan di tengah-tengah workshop. (Wisnu Aji Setyo Wicaksono untuk Harian Disway)

Peace Bridge dibangun pada 2012. Menghubungkan jalur utara dan selatan Cargary. Diperkirakan jembatan tersebut dilalui oleh sekitar 6 ribu orang setiap harinya. Kelap-kelip lampu yang menarik dan pemandangan kota besar pada malam hari sungguh memanjakan mata.

Menjelang pukul delapan malam, aku kembali lagi ke tempat menginap di kantor kelompok Budaya Nusantara. Para pengurus inti: Lina Asensio, Chandra Garland, Jade. dan Yuni, mereka sangat ramah dan antusias terhadap seni tari Nusantara.

Mereka tahu aku pernah mementaskan tari keliling dunia, mulai dari Benua Asia, Eropa hingga Amerika. Makanya setelah tahu aku mengambil cuti, mereka mengundangku ke Calgary.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: