Waria Pekerja Seks Juga Diberdayakan

Waria Pekerja Seks Juga Diberdayakan

Endang memakai make-up menor tiap kerja. Ia tambah percaya diri jika memakai lipstik merah ngejreng. Ia juga memakai sambungan rambut dan jilbab.

“Inilah hidup, dinikmati, diresapi, tapi saya enggak mau berkorban buat laki-laki”, katanya. Ia tidak mau berkomitmen apalagi membiayai laki-laki.

Ia sempat memiliki hubungan yang serius dengan laki-laki. Namun ditinggal menikah dengan perempuan asli.


Endang Saleho, salah seorang waria yang pernah nyambi jadi pekerja seks komersial.
(Foto: Jessica Ester-Harian Disway)

Di seluk beluk kehidupannya, Endang tetap menjaga hubungan baiknya dengan keluarga. Sebelum pandemi ia sering berkunjung ke rumahnya di Purworejo. Dengan kondisi sekarang ini, ia hanya berhubungan lewat WhatsApp.

“Sayang sama keluarga, keponakan. Kemarin aja nggak pulang. Kangen banget sama keluarga,” kata Endang. Ia satu-satunya waria di keluarga.

Endang hanya lulusan SMP. Kurangnya skill dan desakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari membuat Endang melakukan pekerjaan ini. Walau, sebenarnya ia juga ingin memiliki usaha lain.

Menjalani pekerjaannya, Endang berprinsip. Selama berhubungan seksual wajib memakai pelindung. Endang tidak segan menolak pelanggan jika ia tidak mau bermain aman. “Banyak teman waria meninggal karena HIV. Saya tidak pernah melepas pengaman. Harus pake, soalnya takut,” kata Endang. Ia juga menunjukkan sebaskom “pelindung” yang pernah diberikan oleh Kebaya.

Yayasan Kebaya dan tenaga kesehatan bekerja sama membuat protokol kesehatan COVID-19 untuk pekerja seks. Protokolnya pun lengkap. Terdiri dari tiga bagian. Sebelum kencan, proses kencan, dan setelah kencan. Setiap tiga bulan sekali, Endang juga mendapatkan fasilitas untuk skrining HIV dari yayasan.

“Pemerintah masih absen dalam hal protokol di lokalisasi. Padahal teman-teman waria atau ODHA itu kan aktif di ranah selangkangan. Mereka butuh hidup,” kata Masthuriyah Sa’dan, penulis buku Solidaritas Waria.

Waria pekerja seks memiliki risiko tinggi terhadap penyakit penularan seksual. Maka, Kebaya sebagai yayasan yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi berupaya untuk meminimalkan itu.

Mereka memberikan edukasi kepada para pekerja seks. Tak hanya itu. Mereka juga merawat teman-teman waria yang adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Shelter Kebaya.

Walau Endang tidak terlalu aktif di kegiatan Al-Fatah maupun Kebaya, mereka tetap solider. Ketika tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, Endang dan kawan-kawan waria lainnya juga saling membantu. (Jessica Ester)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: