Mimi Mintuna untuk Pengobatan Covid-19

Mimi Mintuna untuk Pengobatan Covid-19

Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menorehkan prestasi. Empat mahasiswanya menemukan obat Covid-19. Dari ekstrak mimi mintuna atau ketam tapak kuda. Nama populernya horseshoe crab.

Pada 2019, keempat mahasiswa, antara lain: Maftukhatul Faizah, Mia Savita, Elsa Aulia Vebianawati dari jurusan biologi, serta Ahmad Misbakhus Sururi dari jurusan kimia UNESA sedang menjalankan praktikum lapangan untuk mata kuliah Sistematika Hewan. Lapangan penelitian mereka berada di Pantai Batah Timur, Madura.

Saat melakukan observasi pada hewan-hewan perairan, mereka menemukan mimi mintuna atau ketam tapak kuda. ”Masyarakat Jawa biasanya menyebut mimi lan mintuna,” ujar Faizah.

Mimi mintuna sebenarnya merupakan hewan purbakala. Dapat disebut sebagai fosil hidup yang telah menghuni bumi sejak 455 juta tahun silam. Habitatnya berada di perairan laut dangkal dan banyak ditemukan di areal intertidal pantai.

Selama ini mimi mintuna menjadi hewan yang banyak diburu. Selain menjadi sajian untuk dikonsumsi, juga untuk kepentingan farmasi. Darah mimi mintuna yang berwarna biru berguna untuk menguji kadar endotoksin atau zat beracun dalam tubuh manusia.

“Kami penasaran tentang apa saja senyawa yang terkandung dalam mimi mintuna jenis tersebut. Maka kami mulai studi literatur, membuka berbagai jurnal tentang penelitian hewan,” ungkapnya.

Ternyata, jumlah penelitian tentang hewan itu masih sangat jarang. Mereka pun mulai intensif untuk meneliti kandungan senyawa pada mimi mintuna.

Ketika itu, berkaca pada tingginya kasus Covid-19, keempat mahasiswa itu berharap senyawa yang ditemukan melalui mimi mintuna dapat menjadi solusi efektif untuk melawan ganasnya virus tersebut. ”Efektivitasnya kami uji menggunakan analysis in siloco,” ujarnya.

Setelah mendapat sampel mimi mintuna, mereka mengekstraksi daging hewan tersebut menggunakan tiga pelarut: N-Heksana, Etil Asetat dan Metanol.

Mimi lan mintuna.

Ekstrak tersebut dibawa ke tahapan selanjutnya, yakni mengujinya menggunakan Gas Cromatography and Mass Spectroscopy (GCMS) atau sebuah alat yang berfungsi menganalisa senyawa di dalam sampel.

”Ternyata hasil uji GCMS, terdapat banyak kandungan dari dalam mimi mintuna. Salah satunya adalah azulena yang berguna menjadi anti-aging,” ujar perempuan asli Lamongan itu.

Setelah menemukan beberapa kandungan, mereka memulai tahapan penelusuran senyawa untuk mengidentifikasi alur dan materi-materi di dalamnya. Nama senyawa aktif yang didapatkan, kemudian dimasukkan dalam web database PubChem untuk mendapatkan informasi yang lebih detai.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan uji druglikeness untuk menentukan boleh tidaknya senyawa tersebut dimanfaatkan sebagai obat. ”Lantas dilakukan biokomputasi molecular docking. Untuk mengetahui potensi senyawa tersebut dalam melawan virus Covid-19,” ujarnya.

Dalam penelitian mereka, didapatkan sembilan senyawa yang efektif melawan Covid-19. Namun dari sembilan senyawa tersebut, terdapat satu senyawa paling kuat untuk melawan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: