Dua Tahun untuk Bangun Jembatan Gladak Perak

Dua Tahun untuk Bangun Jembatan Gladak Perak

ERUPSI Semeru membuat jembatan Gladak Perak di kawasan Piket Nol, lenyap.  Akses utama Lumajang-Malang lumpuh total dan terpaksa ditutup. Satgas Gabungan mendirikan pos penyekatan di jarak satu kilometer menuju jembatan itu. Tidak boleh ada orang yang sembarangan memasuki area itu karena masih rawan.

Kemarin (6/12), Harian Disway berkesempatan meninjau lokasi secara langsung. Akses ke sana hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor. Butuh waktu sekitar 5 menit dari pos penyekatan untuk tiba di lokasi. Itu pun tidak sampai di ujung jembatan. Sebab, banyak pepohonan yang ambruk di jarak 100 meter dari situ.

Gladak Perak yang dibangun sejak 1998 itu sebetulnya memiliki panjang sekitar 130 meter. Namun, kini hanya tersisa 10 meter di sisi Utara. Itu pun sudah reyot dan hancur. Sedangkan di sisi Selatan hingga bagian tengah sama sekali sudah tidak bersisa. Bangunannya runtuh.

Jurang di bawah jembatan itu merupakan jalur lahar dingin. Jarak dasar jurang ke jembatan sekitar 80 meter. Namun, hujan deras abu vulkanik yang terjadi selama kurang lebih dua jam pada Sabtu sore (4/12) lalu sungguh membanjiri jurang tersebut. Kini jurang itu penuh timbunan pasir. Hampir memakan seperempat bagian.

PETUGAS Kepolisian membantu warga menyelamatkan harta yang tersisa di rumah.

Timbunan pasir itu menjadi savana. Terbelah oleh aliran lahar di bagian tengah. Airnya masih mengepulkan asap. Begitu juga beberapa bagian di titik savana pasir itu juga masih panas.

Pemandangan di sana serba putih. Beberapa pohon masih tegak tanpa dedaunan. Dipenuhi abu. Ruas jalan juga tertimbun pasir. Tebalnya sekitar 50 sentimeter. Sisa bangunan warung-warung juga dipenuhi abu.

Saat tertiup angin malah seperti hujan abu. Artinya, kondisi sekitar Gladak Perak masih sangat rawan. ”Ini sudah seperti kota mati,” kata Iqbal Ardinal, seorang warga yang rumahnya berjarak satu kilometer dari Gladak Perak.

Rumah Iqbal pun tak luput dari guyuran hujan abu. Genting bagian belakang warungnya berantakan. Ia berharap agar satu-satunya jembatan penghubung Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang itu segera dibangun kembali.

Sebab, banyak warga setempat yang rezekinya bergantung pada jembatan itu. Baik bagi warga Kabupaten Lumajang maupun Kabupaten Malang. ”Karena biasanya kami jualannya ke sana, dan yang dari sana juga ke sini,” jelasnya.

Presiden Joko Widodo dijadwalkan ke Lumajang hari ini. Terutama untuk melihat kondisi ambruknya Jembatan Gladak Perak. Selain juga meninjau kondisi para korban di posko-posko pengungsian.

”Butuh secepatnya dibangun karena Pak Jokowi juga minta agar konektivitas terus terhubung,” kata Direktur Pembangunan Jembatan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Yudha Handita saat meninjau kondisi Jembatan Gladak Perak, kemarin (6/12).

Menurutnya, sifat kerusakan Gladak Perak tergolong berat. Hancur lebur. Dugaannya, karena seluruh tiang penyangga jembatan itu tak kuat dihantam guyuran abu vulkanik. ”Abunya kan panas juga. Penyangganya tidak kuat, jadi mudah ambruk,” jelasnya.

Begitu juga dengan ruas jalan menuju jembatan yang tertimbun pasir. Diperkirakan kerusakannya tingkat sedang. Untuk itu, Kementerian PUPR dan BBPJN Jawa-Bali segera merekonstruksi.

TIM gabungan terus mencari 27 warga di sekitar Gunung Semeru yang dilaporkan hilang.

Yudha menargetkan rekonstruksi Gladak Perak dalam waktu kurang lebih dua tahun. Namun, ia masih harus survei lebih mendalam. Ada beberapa opsi untuk merekonstruksi. Tergantung bagaimana hasil survei dan penelitian tersebut. Bentuknya pun juga bakal disesuaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: