Menjadi Jawa dalam Judul

Menjadi Jawa dalam Judul

Sebelum fokus melukis Esti mengabdi sebagai guru selama 30 tahun. Bermula ditempatkan di SMAN Kencong, Jember lalu pindah ke SMAN 1 Waru, Sidoarjo. Pascapensiun, ia terlibat dalam berbagai komunitas pelukis.

Baginya, melukis adalah kegiatan yang bermanfaat bagi kondisi psikisnya. Sebab, tak jarang ketika seorang pegawai memasuki masa pensiun, ia mengalami post power syndrome. ”Setelah sekian puluh tahun bekerja, tiba-tiba nganggur di rumah. Kalau tidak diisi dengan kegiatan, bisa stres lho,” ujarnya.

Jiwa pemimpin dan sifat ngemong Esti saat menjadi pengajar seni rupa itu diakui murid-muridnya. Salah satunya Mikke Susanto, kurator seni rupa ternama tanah air di Yogyakarta. ”Mikke itu murid saya di SMAN Kencong, Jember,” papar perupa kelahiran Bojonegoro itu.

Sebagai guru Esti memotivasi Mikke dan anak didiknya agar tekun dalam dunia seni rupa yang dicinta i. Pesan Esti, menjadi seorang perupa tak hanya berbekal kemampuan melukis. Namun wajib memperkaya literasi.

”Saat SMA Mikke pernah bilang bahwa kalau lulus SMA, ia berniat mendalami seni rupa. Tentu saya dukung. Setelah lulus kulah dari ISI Yogyakarta, nyatanya dia memang berhasil di dunia seni rupa,” ungkapnya.

Mikke dan murid-muridnya rata-rata masih mengingat filosofi yang pernah ditanamkan Esti. Bahwa ”jika gurumu adalah Plato, maka kau harus jadi Aristoteles. Artinya, seorang murid harus jadi lebih pintar dari gurunya. Seperti halnya Aristoteles yang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaannya melebihi Plato, sang guru.

Rupanya semangat yang selalu ditanamkan oleh Esti kepada murid-muridnya itu tercermin dalam lukisan-lukisan. Menurutnya, guru layaknya sekuntum bunga. Sari madunya adalah ilmu pengetahuan. Sedangkan muridnya laksana seekor ulat yang berteduh dan makan dari daun bunga, menjelma kepompong di tangkainya.

Setelah berubah menjadi kupu-kupu, ia hinggap dan menghisap sari madu tersebut. Meskipun sarinya dihisap, bunga takkan kehilangan keanggunannya dan terus menerus memproduksi sari madu bagi kupu-kupu.

Begitulah kiranya makna yang dituangkan Esti. Menjadi cermin pribadi dan kehidupan yang sekian lama dia jalani. Sejak mulai belajar, menjadi pengajar hingga terpilih sebagai pemimpin para perupa perempuan.

”Saya tekankan bahwa kita bisa dinilai dari diri dan karya. Makanya jaga produktivitas dan konsistensi. Semua hal itulah yang memacu banyak orang untuk sukses,” pungkasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: