Target 292 Orang, Sehari Cuma Dapat 14 

Target 292 Orang, Sehari Cuma Dapat 14 

Pemerintah pusat menginstruksikan semua daerah untuk mempercepat vaksinasi ke lansia. Jaga-jaga jika Covid-19 varian Omicron masuk ke tanah air. Para tenaga kesehatan puskesmas di Surabaya harus blusukan ke kampung-kampung untuk menjaring lansia yang belum divaksin.

EMPAT tenaga kesehatan (nakes) sudah siap meninggalkan Puskesmas Wonokusumo Rabu (8/11) pagi. Satu bidan, tiga perawat. Hari itu, mereka mendapat tugas khusus: mencari lansia yang belum divaksin.

Nakes di Surabaya Utara memang wajib punya energi ekstra untuk mempercepat vaksinasi. Penolakan terhadap vaksin begitu gencar. 

Kondisi berbanding terbalik dengan Puskesmas Peneleh di tengah kota. Nakes sempat kewalahan karena antrean vaksinasi membeludak. Antusias warga begitu besar. 

Capaian vaksinasi lansia di Surabaya mencapai 99,84 persen per 9 Desember. Itu setara dengan 251.667 jiwa. Meski dalam persentase angkanya besar, nyatanya masih banyak lansia yang belum divaksin.

Itu terjadi karena target vaksinasi Surabaya hanya 2,1 juta. Sedangkan jumlah penduduk sudah 3 juta jiwa. Karena itulah, capaian vaksinasi dosis pertama Surabaya bisa lebih dari 100 persen. Persisnya 118,18 persen.

Setelah semua peralatan siap, empat nakes memulai menyusuri kampung dengan jalan kaki. Di tangan mereka sudah ada kertas berisi 292 nama lansia yang harus segera diimunisasi. Itu bukan target total. Sebab di Wonokusumo ada 3 ribu lansia yang belum divaksin. 

Target pertama adalah Wonokusumo Lor Gang X. Nakes tidak sendiri. Mereka harus didampingi ketua RT agar kegiatan jemput bola itu efektif.

Di tempat itu mereka cuma dapat 8 lansia. Mayoritas perempuan. “Harusnya bisa lebih, sayang banyak yang darah tinggi. Terpaksa ditunda,” kata Bidan Saloni yang memimpin tim vaksinasi keliling itu.

Setelah setengah jam, mereka bergeser ke gang sebelah. Gang XI. Mereka mendatangi salah satu rumah warga yang belum divaksin. Dalam data petugas perempuan itu belum divaksin. Namun dia ngeyel. “Sudah pernah, Bu,” ujarnyi.

Saloni tidak langsung percaya. Ia meminta anak buahnya Hari Yati mengecek Nomor Induk Kependudukan (NIK) warga tersebut melalui aplikasi pengecekan vaksin. 

Lho ini tidak ada di daftar kami,” kata Saloni. Warga tersebut tak bisa mengelak lagi. Dia mengaku takut suntik dan efek samping dari vaksinasi. Setelah dibujuk petugas, dia akhirnya mau divaksin jenis Sinovac. 

Petugas melanjutkan perjalanan ke gang yang lebarnya tidak sampai dua meter itu. Nampak ibu-ibu sedang ngerumpi di teras salah satu rumah warga.

Saloni kembali bertanya. Siapa saja yang belum divaksin. Ternyata mereka semua mengaku sudah divaksin. Bahkan dua kali. Setelah dicek mereka tidak berbohong. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: