Gelisah pada Ekosistem Pesisir
Di Yogyakarta, Camil mendalami ilmu melukisnya. Kemudian ia didapuk menjadi tenaga art decorator di Malaysia. “Tepatnya 2002-2009. Saya banyak mendekorasi rumah, restoran dan sebagainya,” ujarnya.
Karya-Karya Camil Hady.
(Foto: Guruh Dimas Nugraha-Harian Disway)
Pasca berhenti bekerja sebagai art decorator, ia kembali ke kampung halamannya dan fokus untuk melukis secara total. Mulanya ia menekuni realisme. Namun latar belakang budaya pesisir serta kegelisahannya terhadap lingkungan pesisir yang berubah 180 derajat, menuntunnya menemukan karakter tersebut.
Hingga kini, Camil bekerja sebagai pelukis seutuhnya. Kolektor lukisannya tersebar dari dalam dan luar negeri. Termasuk dari Malaysia, Brunei Darussalam dan sebagainya. Dalam perhelatan Pasar Seni Lukis Indonesia yang diselenggarakan pada awal Desember di Jatim Expo, lukisannya telah terjual empat buah. Harganya berkisar antara Rp 12-14 juta.
Kecintaan Camil terhadap lingkungan laut dan harapannya akan kelestarian alam, ungkapan cintanya lewat lukisan itu senada seperti tembang Sea of Love yang dibawakan Robert Plant & The Honeydrippers. Goresan biru laut yang lembut seperti alunan nada blues yang mengalun dalam intro tersebut. Mencitrakan ombak lautan yang datang bergulung dengan tenang.
Kayu jati yang merangkul terumbu bahkan menjadi wadah tempatnya hidup, ditambah dengan gerak ikan menyusuri air, menemukan habitat yang alami. Dua ikan berputar, saling berhadapan, jantan dan betina. Ajakan bercumbu penuh cinta dua makhluk laut yang sesyahdu lantunan vokal Robert Plant dalam Sea of Love:
Come with me, my love
To the sea, the sea of love
I want to tell you just how much I love you.... (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: