Cinta Kasih Menguatkan Energi Positif
Masyarakat Jawa juga memiliki kebiasaan khusus terkait air yang dikonsumsi. ”Orang zaman dulu selalu meletakkan air di dalam gentong, kemudian didiamkan selama sehari penuh. Hal itu ada sisi ilmiahnya,” ujarnya.
Pendiaman itu biasanya dilakukan pada pukul 7 pagi dan baru boleh dikonsumsi pada pukul 7 pagi keesokan harinya.
Kearifan lokal Jawa meyakini bahwa air yang didiamkan akan menyerap embun malam dan terpapar sinar ultraviolet pada pagi hari. ”Sinar ultraviolet mengandung vitamin D yang paling kuat untuk kesehatan tubuh,” tambahnya.
Setelah didiamkan, biasanya air dalam gentong akan diciduk dan dituangkan ke dalam kendi. Setelah itu masyarakat mengonsumsi air tersebut secara langsung dari bibir kendi, tanpa harus menuangkannya lagi ke wadah minum seperti gelas, batok kelapa dan sebagainya.
”Kebiasaan itu merupakan sebuah upaya untuk memaksimalkan kemurnian kandungan air. Jadi tidak perlu dipindah-pindah lagi. Langsung dituang ke mulut,” ujarnya.
Dari paparan Yongki, kita semua hendaknya memahami bahwa peradaban masyarakat Nusantara cukup tinggi. Termasuk tentang bagaimana nenek moyang kita memanfaatkan air.
Serta upaya leluhur untuk menguatkan energi positifnya. ”Air begitu besar faedahnya bagi kehidupan manusia. Mari menghormatinya dengan cinta kasih,” pungkasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: