Arteria Dahlan Sodok Hati Mang Aen

Arteria Dahlan Sodok Hati Mang Aen

"Surat sanksi peringatan ditandatangani Pak Sekjen (Hasto Kristiyanto) dan saya sebagai ketua DPP bidang kehormatan."

Dilanjut: "DPP sudah menerima berbagai laporan dan membaca pemberitaan di media. Termasuk dari pendukung partai di Jawa Barat, yang merasa terusik dan kurang nyaman dengan pernyataan Pak Arteria Dahlan."

Komarudin menjelaskan, Kamis itu juga DPP PDIP memanggil Arteria untuk meminta klarifikasi. Dalam klarifikasinya, Arteria meminta maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya suku Sunda, demikian:

Arteria Dahlan: "Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda, atas pernyataan saya beberapa waktu lalu."

Arteria, kelahiran Jakarta, 1975, adalah advokat. Pemilik Kantor Hukum Arteria Dahlan Lawyers. Ia kurang membaca sejarah, bahwa Presiden Pertama RI Ir Soekarno menyukai suku Sunda.

Cindy Adams dalam bukunya, Soekarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams (Bobbs-Merrill, 1965) memaparkan jelas, kecintaan Bung Karno kepada suku Sunda. Begini:

Suatu siang di tahun 1927. Si Bung Besar (Soekarno) bersepeda di pedesaan Bandung Selatan. Ia sampai di suatu persawahan. Berhenti mengayuh. 

Perhatian Bung Besar tertumbuk pada sosok petani berbaju lusuh, sedang mencangkul sendirian di sepetak sawah. Bung Besar turun dari sepeda, berjalan mendekati si petani. Dialognya begini:

”Siapa pemilik tanah yang kau garap ini?” tanya Soekarno dalam bahasa Sunda.

”Saya, juragan.”

”Apakah engkau memiliki tanah ini bersama-sama dengan orang lain?”

”O, tidak, Gan. Saya memilikinya sendiri.”

”Apakah kau membeli tanah ini?”

”Tidak. Ini turun-temurun, diwariskan dari orang tua kepada anaknya.”

Persis benar dengan angan Soekarno selama ini. Di Hindia Belanda (saat itu 1927) seorang pekerja kecil punya alat produksi sendiri. Punya petak sawah kecil, punya cangkul, bajak, ani-ani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: