Jangan Seperti Seong Gi-Hun
Baru ketika menginjak SD, Jessica mulai intens melukis. Bukan sekadar suka. Apalagi setelah mengikuti seleksi pekan seni pelajar jenjang SD/MI yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya pada 2019.
”Ketika itu lomba melukis poster yang diselenggarakan di Gedung Wanita Candra Kencana, Surabaya. Saya melukis penari remo dan berhasil meraih juara dua lho,” katanya.
Oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Jessica diikutsertakan dalam pelatihan melukis pada Oktober 2020. Dalam momen itulah Jessica mulai melukis dengan berbagai media, seperti cat air, cat minyak dan akrilik.
Setelah itu berbagai prestasi di bidang melukis pun diraihnya. Juara 1 lomba poster A1 pada 2021, juara 1 dalam ajang Lions International Peace Poster Contest, juara 1 drawing primary level dalam ajang Buddhist Got Talent pada 2018, dan lainnya.
Prestasinya di bidang melukis itu sama banyaknya dengan prestasinya di bidang lain. Dia pernah menyabet juara 2 East Java Choir Competition pada 2014, First Place Winner: English Award Presentation Contest (NSA), First Winner in Storytelling Contest (Nation Star Academy) Grade IV pada 2019, Gold in English (Grand Final student Competition National) pada 2020,dan lain sebagainya.
Belakangan ini dia menggemari akrilik. Seperti dalam sebagian besar karya-karyanya yang berjudul Matahari Tenggelam dan Still a Life. Secara genre, Jessica menyukai model-model lukisan naturalis dan still life. ”Kalau objek saya suka teratai dan bunga matahari,” ungkapnya.
Seperti dalam Matahari Tenggelam, dia memuat objek bunga matahari yang tampak menekuk ke bawah. Kelopak dan lembar-lembar daunnya yang menunduk dengan warna kuning merekah menyimbolkan sebuah persahabatan.
Ketika bunga itu tegak, maka seluruh daun-daunnya juga ikut tegak. Begitu pun ketika menunduk. Ibarat persahabatan, dalam kondisi apa pun akan dijalani bersama-sama.
Beruntung, kedua orang tuanya mendukung penuh. Anak sulung pasangan Lie Iskandar dan Lani Kurnia Sari itu pernah dikursuskan dalam sanggar lukis Takapur. Di sana, dia belajar banyak tentang teknik crayon. ”Sejak SD kursus. Sekarang sudah mulai melukis secara mandiri,” ujar siswi SMP Kristen Petra 3 itu.
Termasuk memberanikan diri untuk ikut pameran lukisan bersama. Seperti dalam Art Exhibition Cabe Rawit yang digelar di The Progo 10, Surabaya. Karyanya bersanding dengan sembilan pelukis belia lainnya.
”Rasanya senang bisa berpameran. Sekaligus sebagai pemicu saya untuk terus berkarya,” pungkas alumni Nation Star Academy tersebut.
Meskipun amat menikmatinya, namun bagi Jessica, melukis belum menjadi kegiatan utama. Dia masih tetap menomorsatukan sekolah. ”Saya senang tugas tak pernah tertinggal. Tekun belajar hingga selalu mendapat nilai baik. Melukis dia lakukan ketika weekend. Sabtu dan Minggu,” puji Lani, ibunya.
Bila kelak bakat di bidang seni lukis itu mengantar Jessiva menjadi pelukis profesional, maka dia tak menyesal telah memperkaya diri dulu dengan wawasan ilmu pengetahuan dengan fokus pada tugasnya sebagai pelajar saat ini.
”Wawasan kan bisa didapatkan dari mana saja. Ya dari sekolah, lingkungan, bacaan, kursus, pergaulan, dan pameran kali ini juga. Dari yang lain-lain nanti tentunya,” tegas Jessica.
Maka, Jessica menganggap dia kini sedang memupuk kegemarannya dalam dunia seni lukis sedari awal. Dengan cara lebih mengutamakan sekolah lebih dulu. Bukankah demikian tugas pelajar, bukan. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: