Berteman Pemandangan Gunung dan Live Music

Berteman Pemandangan Gunung dan Live Music

Perbatasan Prigen-Trawas. Secangkir kopi di tepi jurang Ampel. Warkop Wenk Jurang. Tempat nongkrong paling asyik. Ditemani jajaran pohon pinus dan view gunung Arjuna. Lengkap dengan menu makanan murah meriah.

CAHAYA matahari menyelinap di sela daun pinus. Menyorot jatuh pada tepi kerudung dua pengunjung perempuan. Mereka menikmati potongan kentang goreng sembari tertawa. Kawannya pun begitu. Entah membicarakan apa.

Orang-orang yang duduk di tepi jurang sungguh beruntung. Benar-benar beruntung. Sebab, mereka bisa menikmati view Gunung Arjuna serta areal hijau yang membentang luas. Terlihat jalan beraspal berkelok-kelok. Pengendara sepeda motor yang berboncengan. Dari jauh, keduanya tak sebesar ujung kuku.

Itulah asyiknya nongkrong di kedai kopi Wenk Jurang, Trawas. Lokasi tepatnya berada di Sumberwekas, Lembangrejo, Kecamatan Prigen, Pasuruan. 

Jaraknya hanya beberapa kilometer sebelum Tretes. Ambil arah barat, ikuti jalan yang menurun dan meninggi yang berbelok-belok. Petunjuknya telah ada.

Kopi Wenk Jurang memang sudah tenar. Namun hati-hati, beberapa meter sebelum sampai ke lokasi, orang harus melewati tikungan curam menanjak dan berbelok cukup tajam. Bagi pengendara kendaraan bermotor, pastikan kondisi kendaraan benar-benar prima.

Tak sulit menemukan kedai tersebut. Setiap hari pasti ramai. Beberapa orang bahkan harus melakukan reservasi untuk mendapat tempat duduk di tepi jurang. Posisi paling nyaman untuk menikmati pemandangan gunung.

Kedai tersebut didesain cukup klasik. Bernuansa natural, alami. Sebagian besar bahan bangunannya terbuat dari kayu. Terdapat beberapa lokasi tempat duduk. 

Dua lokasi sebelah utara terdapat kursi dan meja. Sedangkan lokasi tengah, pengunjung bisa lesehan. Lokasi barat terdapat dua bangunan semacam rumah panggung. Pengunjung dapat duduk di sana. Di bagian bawah rumah panggung adalah tempat untuk home band. Siapa saja bisa request lagu sesuka hati atau bernyanyi secara langsung.

Lantainya masih berupa tanah dengan pijakan dari batu-batu alam yang tersusun rapi, berjajar dari pintu masuk hingga ujung. 

Jika ingin memesan makanan atau minuman, pengunjung harus mengantre di ruangan yang ada di sebelah selatan. Nuansa alami harga kaki lima. Menunya pun beragam. 

Susahnya jika sedang hujan. Seperti siang itu, ketika saya berkunjung ke sana pada 1 Februari, tak berapa lama setelah duduk, hujan turun cukup lebat. Konsep kedainya memang out door. Yang memiliki ruang tertutup hanyalah ruangan-ruangan rumah panggung itu.

Semua orang pun berteduh di bawah rumah panggung atau di sekitar ruang dapur. Jika berteduh di rumah panggung, letaknya berdekatan dengan jalan raya. Tepat di belakang para pemusik. Di tengah rintik hujan, semua yang berteduh dapat melihat lalu-lalang kendaraan bermotor. Aspal jadi basah, rumput-rumput dan daun pinus semakin memancar warna hijaunya.

Seperti hari itu, beberapa kali saya dan semua orang yang berteduh melihat mobil-mobil yang tak kuat menanjak dari arah utara. Para penumpang turun. Beberapa pemuda sukarelawan penjaga jalanan menanjak datang membawa batu dan mengganjal ban mobil tersebut. Sembari menunggu beberapa orang lain datang untuk mendorongnya bersama-sama.

Suasana kafe terasa alami.
(Foto: Guruh Dimas Nugraha-Harian Disway)

Kopi Wenk Jurang memang kedai yang menyuguhkan nuansa alam serta berbagai keseruan. Letaknya yang berada di tepi jurang menyuguhkan pemandangan menarik. Sedangkan posisinya yang berada di tengah, di sisi selatan jalan menanjak, cukup seru pula ketika dapat menyaksikan fenomena mobil-mobil yang tak prima, hingga harus terpaksa didorong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: