Profil Agus ’’Koecink’’ Sukamto, Dosen STKW yang Juga Seniman Top
Sebelum menjadi dosen di STKW, Agus mengawali karier sebagai guru melukis di sekolah katolik. Waktu itu masih tahun 1984. Sepuluh tahun menggeluti dunia pendidikan non-formal, ia kemudian menjadi asisten kreatif di sebuah stasiun televisi swasta. Kiprahnya berlanjut sebagai komite seni rupa Dewan Kesenian Jatim dan Bengkel Muda Surabaya. Ia juga pernah didapuk menjadi konsultan seni rupa di Galeri Candhik Ayu, Surabaya.
Di bidang seni rupa, ia tergolong aktif. Pada 2003, karyanya terpilih untuk berkolaborasi dengan 145 seniman grafis sedunia. Tajuknya worldwide.designers. Pameran tersebut diselenggarakan di Studio Neo Open Tolouse, Prancis. Ia mewakili seni grafis dari Indonesia. Saat itu, karyanya turut dicantumkan di dalam buku grafis, yang diterbitkan oleh Studio Neo Open di Prancis.
Pada 2010, Agus mendapat beasiswa residensi di Museum Des Beaux-Arts de Rouen dari Pemerintah Prancis. Ia harus menetap di Normandy, bagian barat Prancis, selama 5 tahun. Itu adalah sebuah museum yang berisi berbagai benda-benda etnik. Museum tersebut juga menyisakan satu ruang utama untuk karya-karya seni rupa kontemporer.
Di sana pula Agus sempat berdialog dengan karya Joan Crous. Di salah satu sudut ruang pamer Musee departemental des Antiquites, juga di Rouen. ’’Karyanya berupa instalasi dengan Judul Cenae IX. Joan Crous seorang perupa yang konsep dasar karyanya terinspirasi dari material-material letusan gunung berapi dan dikerjakan dengan teknik glass,’’ kenangnya.
Agus mengamati bagaimana Joan Crous membuka ruang dialog karyanya dengan para penikmat seni. Sebagai upaya mengingat kembali cerita-cerita lama dari masa lalu. Di sana, Agus juga sempat membuka workshop seni wayang kulit bagi masyarakat setempat.
Pengalamannya selama residensi di Perancis, juga pengalaman lainnya, ia tularkan kepada para anak didiknya. Baginya, seni rupa adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang bisa berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain. ’’Tentu kolaborasi itu disesuaikan dengan tujuan penciptaannya. Jadi pengajar seni rupa pada zaman sekarang harus selalu update,’’ pungkasnya. (Retna Christa-Guruh Dimas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: