Kemenparekraf Kenalkan FinsCoin di Surabaya

Kemenparekraf Kenalkan FinsCoin di Surabaya

Budaya urunan di Indonesia begitu tinggi. Kita sering menemui penggalangan dana untuk biaya pengobatan pasien dari keluarga tak mampu, bencana, hingga koin untuk gedung KPK lima tahun lalu. Konsep inilah yang dipakai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk membangun pondasi UMKM.

__

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Fadjar Hutumo mengenalkan Securities Crowdfunding (SCF) atau layanan urun dana berbasis teknologi informasi kepada pelaku UMKM di Westin Hotel, Surabaya kemarin (24/2). Ia mengenalkan Fintech SCF dengan sebutan FinsCoin. “Kami berharap ada semakin banyak UMKM parekraf yang ikut bergabung,” kata pria asal Wiyung Surabaya itu.

Yang bisa mengikuti program itu adalah UMKM dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif: makanan-minuman, kerajinan tangan, dan fashion.

Calon peserta harus berbadan hukum usaha. Mereka juga harus memiliki rencana untuk ekspansi pasar terhadap produknya. Untuk area Surabaya peserta disarankan menghubungi dinas kebudayaan, kepemudaan, olahraga, dan pariwisata (disbudporapar) atau dinas koperasi usaha kecil menengah dan perdagangan (DKUKMP).

UMKM yang sudah mendapat pendampingan dari pemkot Surabaya telah dihubungkan dengan aplikasi e-Peken. Itu adalah marketplace lokal yang dibangun di era kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini (2010-2020). Fadjar yakin bahwa mereka punya problem permodalan. “Hasil survei kami menyatakan bahwa 90 persen lebih UMKM itu modalnya dari duit sendiri,” katanya.

Saat modalnya minim, maka UMKM tidak bisa naik kelas. Omzetnya kadang tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

Nah, banyak pelaku UMKM belum mendapat informasi tentang layanan urun dana itu. Harus diakui bahwa literasi tentang SCF di Indonesia masih minim. Karena itulah Kemenparekraf melakukan roadshow ke sejumlah kota. “Sebenarnya kenaikannya cukup lumayan selama pandemi,” lanjutnya.

Berdasarkan data OJK 31 Desember 2021, total penghimpunan dana SCF mencapai Rp 412 miliar. Tahun sebelumnya cuma Rp 191,2 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat.

Jumlah pemodal pada 2020 mencapai 22.341 jiwa. Nah tahun lalu angkanya jadi 93.733. Naik lebih dari tiga kali lipat. Jika ada lebih banyak UMKM yang masuk, maka jumlah pemodal juga bakal berlipat ganda lagi.

Kemenparekraf membawa serta CEO Bizhare Heinrich Vincent dan CEO FundEx Agung Wiboyo dalam sosialisasi kemarin. Ada banyak usaha yang menggunakan jasa mereka. Urun dananya pun bisa sampai 9 miliar. Misalnya jasa pertambangan batu bara di Kalimantan selatan dengan urunan 627 orang. Atau usaha SPBU sebesar Rp 6,3 miliar di Maluku Utara. Ada juga usaha makanan di Jakarta yang mendapat Rp 633 juta dari urunan 133 orang.

Direktur Akes Pembiayaan  Hanifah Makarim mengatakan UMKM punya peluang besar jika digabungkan dengan akses modal yang mudah itu. Selama ini  banyak UMKM yang belum visible dan bankable. “Sehingga sulit dapat modal dari bank. Nah melalui platform crowdfunding ini mereka bakal banyak terbantu,” kata Hanifah. (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: