Nomine Oscars 2022 (5): Nightmare Alley, Film Del Toro yang Minim Keajaiban

Nomine Oscars 2022 (5): Nightmare Alley, Film Del Toro yang Minim Keajaiban

Nightmare Alley secara mengejutkan menjadi kuda hitam dalam awards season kali ini. Ia mendapat delapan nominasi dalam Critics’ Choice Awards, tiga BAFTA Awards, dan satu SAG Awards. Plus empat nominasi Academy Awards. Termasuk kategori paling prestisius: Film Terbaik. Bagaimana peluangnya?

 

SEJUJURNYA, saya enggak paham kenapa Nightmare Alley masuk nominasi Film Terbaik. Kalau untuk kategori lain, sungguh saya tidak heran. Secara visual, film ini memang memanjakan mata banget.

Selain Best Picture, garapan Guillermo del Toro ini dinominasikan untuk kategori Sinematografi Terbaik, Desain Kostum Terbaik, serta Desain Produksi Terbaik. Bahkan, kalau seandainya Bradley Cooper, Cate Blanchett, atau Rooney Mara masuk nominasi Aktor dan Aktris Terbaik pun, jelas layak. Namun Film Terbaik?

Nightmare Alley jelas bukan film yang jelek. Tapi karakternya jauh berbeda dengan film-film kesukaan anggota Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS—penyelenggara Oscars). Ini bukan jenis film full drama yang membawa pesan atau misi tertentu.

Ceritanya bukan tentang orang sakit, sosok atau peristiwa historis, atau tentang kaum marjinal. Entah itu kulit hitam atau homoseksual. Juga tidak mengandung unsur American dream. Well, kita tahu lah, karakter film yang biasanya masuk nominasi Academy Awards. Dan Nightmare Alley sama sekali bukan film seperti itu!

Sebaliknya, ini adalah salah satu film Guillermo del Toro yang paling ’’biasa’’. Yang enggak ada hantunya. Enggak ada vampirnya. Enggak ada makhluk anehnya. Kecuali kalau para personel sirkus dekade 30an—orang kerdil, mentalist, manusia lentur, dan pria setengah binatang buas—itu bisa disebut aneh sih.

Ya, Nightmare Alley adalah film pertama Del Toro yang tidak mengandung elemen magic. Berbeda dengan The Shape of Water, yang secara mengejutkan memenangkan Oscars 2017. Padahal ada film yang begitu kuat mewakili sentimen publik AS kala itu: Three Billboard Outside Ebbing, Missouri.

The Shape of Water masih dipenuhi keajaiban. Dan di balik keajaiban itu ada pesan yang kuat. Tentang cinta dan rangkulan buat mereka yang tidak sama dengan kita. Tentang pentingnya menghargai kaum liyan—the others. Yang mana dalam film itu diwujudkan lewat percintaan seorang perempuan bisu dengan manusia ikan. Ya. Manusia ikan.

GUILLERMO DEL TORO (kiri) mengarahkan deretan cast briliannya di lokasi syuting Nightmare Alley. Ini film pertama Del Toro yang tidak mengandung unsur magic.  

Monster Dalam Diri Kita

Dibandingkan film-film Del Toro sebelumnya, Nightmare Alley tergolong ’’normal’’. Ini adalah kisah tentang seorang penipu.

Setting-nya tahun 1939. Stanton Carlisle (Bradley Cooper) membuka film dengan adegan menyeret mayat seseorang. Mayat itu dibakar di dalam rumah sampai habis. Belakangan, kita ketahui bahwa itu adalah jenazah ayahnya. Stan melarikan diri dari masa lalu yang pahit. Berpapasan dengan kelompok karnaval yang dipimpin Clem Hoatley (Willem Dafoe), lalu bekerja di sana.

Selama 70 menit pertama, kita diajak mengeksplorasi hubungan Stan dengan para personel karnaval. Termasuk dengan Pete (David Strathairn) dan istrinya, Zeena (Toni Collette). Pete dulunya adalah mentalis andal. Ia tampil di pentas-pentas paling megah di Paris. Tapi ia kini hanyalah seorang pria tua pemabuk yang sering tertidur di bawah panggung sang istri.

Dari Pete, Stan membaca peluang menjadi kaya dengan menekuni karier sebagai mentalis. Setelah menguasai ilmunya, Stan mengajak Molly (Rooney Mara) meninggalkan karnaval. Mereka pergi ke kota. Menggelar show di hotel-hotel mewah. Menghibur para gubernur dan pengusaha kakap. Mereka bahkan tinggal di hotel sepanjang tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: