Yang Terbaik di Ajang Surabaya Tourism Awards 2022 (3): Bangkit dengan Bikin Virtual Tour

Yang Terbaik di Ajang Surabaya Tourism Awards 2022 (3): Bangkit dengan Bikin Virtual Tour

Sejumlah koleksi Museum Blockbuster Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-

Pandemi Covid-19 bikin lumpuh sektor pariwisata. Termasuk Blockbuster Museum Surabaya (BSM). Jumlah pengunjung merosot drastis selama dua tahun terakhir. Namun, museum itu tetap beroperasi. Dan terus berusaha melahirkan inovasi-inovasi untuk menarik para pengunjung.

 

PRIA berkaus oblong putih duduk di ruang of BSM. Tepat di belakang pintu kaca yang tertempel tulisan seperti dalam balon-balon dialog komik: “Boom!” “Yes!” Baamm!”. 

 

Ia menghadap kamera. Kedua tangannya mengatup, diletakkan rapi di atas meja putih polos. Ada kotak di samping kiri sikunya. Isinya action figure populer: Superman. Berdiam di balik mika kotak mungil itu.

 

Tapi, tangan si superhero tidak sedang meninju angin. Tidak sedang berancang-ancang terbang. Melainkan berdiri dengan sikap siap. Tubuhnya yang kecil itu kekar. 

 

“Hari ini saya akan me-review figur yang saya cari dari dulu,” ungkap lelaki berkacamata sambil mengambil kotak superhero. Ya, lelaki itu adalah Anton Lomewa yang sedang unboxing di channel YouTube pribadinya: BuyCollectionDaily.

 

Adegan tersebut merupakan cuplikan dari video pertama yang diunggahnya. Tertanggal 13 April 2021 dengan judul Superman Figur Langka, Harganya Naik 1000%. Sudah ditayangkan sebanyak 1.269 kali.

 

Anton cukup rajin mengunggah video di kanal YouTube-nya. Sudah ada 51 video dengan total tayang mencapai 28.569 kali. “Itu salah satu inovasi saya di masa pandemi,” ujar lelaki kelahiran 4 Agustus 1977 itu.

 

Pandemi Covid-19 memang membuatnya buntu. Anton sempat mengalami fase kebingungan yang panjang. Terutama di tahun awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. BSM sempat tutup total selama empat bulan awal.

 

Kebuntuan itu berlangsung selama satu tahun lebih. Jadwal buka BSM pun diubah. Tidak lagi setiap hari. Melainkan hanya Kamis-Minggu. Sementara Senin-Selasa, karyawan tetap masuk. Bertugas merawat museum saja.

 

Bener-bener nggak tahu mau ngapain. Karena kaget ternyata ada fase ketika manusia bisa berhenti total seperti itu,” kenangnya. Namun, Anton tidak berdiam diri. Di dalam kebingungan, ia berpikir keras. 

 

Sikap mentalnya diubah. Tidak lagi mengeluh dan tak berdaya atas keadaan. Anton mengalihkan energinya untuk hal yang positif. Yakni harus bisa berinovasi. Melahirkan ide-ide baru yang lebih segar untuk menghadapi tantangan.

 

Hingga akhirnya muncul ide membuat kanal YouTube di awal 2021. Sebetulnya, itu dijadikan sebagai media promosi yang lebih menarik. Dilatari oleh inovasi lain. bahwa Anton ingin membuat program tur virtual untuk para pengunjung BSM.

 

Ia mengajak semua pemirsa yang mampir di YouTube untuk mampir ke akun media sosial BSM. Mulai Facebook hingga Instagram. Di sanalah, Anton mulai menawarkan program baru. Yakni mengundang mereka untuk ikut tur virtual museum.

 

Pernik-pernik bertema film yang dipajang di Blockbuster Museum Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Ide yang cemerlang itu lumayan berhasil. Kebangkitan pun dimulai. Program barunya cukup menarik banyak peserta. Sempat menggelar hingga empat kali tur virtual. 

 

Momennya juga pas. Menjelang serangan varian Delta di gelombang kedua pandemi 2021. “Ada lagi tantangan baru. Ternyata tur virtual juga tak bertahan lama,” ujarnya.

 

Anton para kru terkendala peralatan yang kurang memadai. Mereka hanya memanfaatkan gawai untuk tur virtual itu. Akibatnya, para peserta pun kurang lega. Lantaran resolusi pada gambar yang ditayangkan agak buram dan pecah.

 

Selain itu, tur virtual juga cukup membuat repot para kru. Misalnya, jika ada salah satu peserta yang minta berhenti di titik tertentu. Sementara yang lain minta si kru untuk berlanjut ke titik berikutnya.

 

“Jadi bingung. Repot. Kalau nurutin yang satu, yang lainnya protes,” ucap Anton lantas tertawa. Ia lalu memutuskan untuk menghentikan program. Khawatir mengecewakan lebih banyak orang lagi.

 

BACA JUGA: Bahagia Sebentar, Pandemi Kemudian

 

Untungnya, saat itu bertepatan dengan longgarnya kebijakan dari pemerintah. Museum boleh dibuka lagi dengan kapasitas lebih besar dari sebelumnya. Momen itu dimanfaatkan oleh Anton dan para krunya.

 

Mereka menginvasi berbagai tempat. Menyebar proposal dan menawarkannya. Termasuk ke sekolah-sekolah. Bahkan membuat program baru lagi berupa privat tur.

 

“Kunjungan-kunjungan dari sekolah sangat berarti bagi kami. Menyulut semangat lagi,” ungkapnya. Ia kagum para tamu ciliknya itu mau belajar di BSM. Juga bersyukur sempat mendapat kunjungan dari rombongan yang lebih besar. Salah satunya, kunjungan dari kepala sekolah TK di seluruh Kabupaten Bangkalan.

 

Anton berharap sektor wisata di Kota Surabaya bisa kembali normal sebelum masa pandemi. Khususnya, bagi BSM sebagai satu-satunya museum yang lekat dengan dunia perfilman. Bisa lebih banyak menarik pengunjung. 

 

Ia punya satu impian lagi. BSM menarik orang-orang yang terlibat dalam industri film di luar negeri. Sehingga mereka terinspirasi agar Kota Surabaya menjadi salah satu lokasi film syuting.

 

“Dampaknya tentu bagus bagi perekonomian warga nantinya. Itu yang saya harapkan,” katanya. Anton sangat optimistis dengan impian itu. Ia meyakini semua hal bisa terwujud asal diiringi dengan usaha dan doa. Terus berusaha kreatif dan mengatasi rasa takut.

 

Sikap yang tergambar jelas dalam kalimat bijaknya. Ditulis di tembok sebelum pintu keluar museum: To live a creative life, we must lose our dear of being wrong. (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: