Ekspor Sawit Melejit, Kontainer Sulit
Pengurangan ekspor minyak sawit 1 Januari, pengusaha minyak sawit hanya boleh mengekpor 6 kali jumlah penjualan dalam negeri.-Julian Romadhon-Harian Disway-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Harga internasional komoditas minyak kelapa sawit turun sekitar 12,57 persen pada periode Juni terhadap Mei month-to-month. Ekspor pun melesat naik sekitar 862,66 persen atau setara USD 2,46 miliar.
“Kenaikan itu disebabkan oleh larangan ekspor yang sempat berlangsung pada Mei lalu,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Jumat, 15 Juli 2022.
Pada Mei lalu, nilai ekspor mencapai USD 284,6 juta. Jumlah itu anjlok 87,72 atau setara USD 2,03 miliar daripada April.
BPS mencatat negara tujuan ekspor minyak sawit yang mengalami lonjakan pada Juni. Di antaranya, Pakistan sebesar USD 314,38 juta, Tiongkok sebesar USD 314,38 juta, India USD 270,57 juta, dan Bangladesh USD 160,65 juta.
BACA JUGA:Ekspor Minyak Kelapa Sawit Diprediksi Turun
Pakistan mengalami lonjakan dahsyat hingga 1.958 persen. Sebab, impor minyak sawit Pakistan dari Indonesia pada Mei hanya USD 21,89 juta. Lalu disusul oleh Tiongkok yang naik 291 persen dari Mei yang hanya USD 80,38 juta.
Secara keseluruhan, ekspor Indonesia kembali tumbuh pada Juni. Nilai ekspor mencapai USD 26,09 miliar. Jumlah itu naik 40,68 persen dibandingkan tahun lalu (year on year) dan naik 21,30 persen secara month to month.
“Tingginya nilai ekspor itu ditopang oleh peningkatan ekspor minyak kelapa sawit,” lanjut Margo. Wilayah-wilayah yang menjadi penghasil utama pun demikian. Riau mengalami kenaikan sebesar 1.064 persen, dari USD 84,41 juta menjadi USD 982,95 juta.
Disusul tiga daerah lain. Seperti Sumatera Utara yang naik dari USD 52,52 juta menjadi USD 423,75 juta; Kalimantan Timur dari USD 11,35 juta menjadi 383,15 juta; dan Sumatera Barat dari USD 19,02 juta menjadi USD 230,13 juta.
Lalu bagaimana dengan ekspor yang jalan pada Juli? Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, adanya hambatan kegiatan ekspor minyak kelapa sawit. Salah satunya, eksporter kesulitan mencari kapal pengangkut.
Percepatan ekspor pun terkendala. Ditambah para importer pun makin selektif. Mereka hanya mau menerima eksporter yang sudah mengantongi pungutan ekspor (PE). “Cari kontainer juga susah sekarang,” ujar Sahat dalam keterangan tulisnya.
Selain itu, stok nasional tandan buah segar (TBS) sawit sudah mencapai 6,4 juta ton. Itu menyebabkan kontainer para pengusaha penuh. Sehingga para eksporter itu mencari jalan lain.
Berlomba mempercepat pengosongan kontainer. Meski dengan cara menjual rugi. Sebab, TBS sawit tidak dapat ditimbun terlalu lama.
“Makin tertimbun lama akan memengaruhi nilai jualnya,” sambungnya. Lebih baik dijual rugi ketimbang tak bisa dijual sama sekali. Sementara biaya penyimpanan pun sangat tinggi. Itulah kesulitannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: