Jumlah Siswa Selamat Pagi Indonesia Turun Drastis

Jumlah Siswa Selamat Pagi Indonesia Turun Drastis

Siswa-siswi senior memberi pengarahan kepada siswa junior saat menjalankan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di Sekolah Selamat Pagi Indonesia, Batu, Jawa Timur, Rabu 20 Juli 2022.-Julian Romadhon-

BATU, HARIAN DISWAY- KASUS yang menjerat pimpinan SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI), Batu, tampaknya berdampak pada penerimaan siswa baru. Tahun ajaran baru ini, sekolah berbasis asrama tersebut hanya menerima 26 siswa. Itu yang mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) hingga hari ketiga kemarin. Yakni, Rabu, 20 Juli 2022.

”Tapi, sebenarnya pada awal pendaftaran peserta didik baru (PPDB), ada 70 pendaftar,” terang Didik Tri, wakil kepala sekolah bidang kehumasan SMA SPI, kepada Harian Disway di lokasi sekolah.

Setelah seleksi, hanya 33 pendaftar yang diterima. ”Yang daftar ulang tinggal 26 siswa. Itu ada beberapa siswa yang sudah masuk, tapi diminta keluar oleh keluarganya,” papar Tri yang kemarin juga menerima kedatangan tim penasihat hukum terdakwa, Hotman Sitompul dan rekan.

Diterangkan Didik, dampak kasus dugaan pelecehan seksual oleh Julianto Eka Putra itu terasa. Namun, diakui, dampak paling besar memang dari orang luar. ”Yaitu, orang yang belum masuk di lingkungan sekolah ini,” tandasnya.


Didik Tri Anggono, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Sekolah Selamat Pagi Indonesia, melintasi mading.-Julian Romadhon-

Termasuk siswa baru yang memilih membatalkan bersekolah di SPI. ”Bisa jadi mereka belum paham apa yang terjadi di dalam lingkungan sekolah,” tambah Didik.

Dipaparkan lebih lanjut, siswa yang sekarang ini kelas XI dan XII, tidak ada yang mengundurkan diri atau pindah sekolah. Padahal, saat kasus itu mencuat setahun lalu, mereka masih duduk di kelas X dan XI. ”Mereka tetap bertahan melanjutkan sekolah. Padahal, bisa saja mereka pindah sekolah karena kasus tersebut. Nyatanya, mereka tetap sekolah di sini,” terang Didik yang sempat mengantar fotografer Harian Disway keliling area sekolah untuk mengambil foto.

Didik mengataan, pihaknya memang melakukan upaya-upaya ke dalam agar proses pendidikan tidak terganggu dengan proses hukum yang sedang dijalani pemilik sekolah. ”Kami langsung memberikan motivasi dan menguatkan mereka serta menjelaskan duduk persoalan. Tentu kami semua menghormati proses hukum yang sedang berjalan,” ujarnya.

Selain siswa tingkat SMA, di sarana pendidikan itu juga didirikan Sekolah Tinggi Kewirausahaan Selamat Pagi Indonesia. ”Kami mulai menerima mahasiswa pada 2019 hingga sekarang. Jumlah mahasiswa kami mencapai 53 orang. Itu tidak ada yang menarik diri atau pindah kuliah dari kampus kami,” tutup Didik. (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: