Siklus Bisnis di Era Vuca
--
Sama halnya dengan uncertainty yang membuat pemodelan ekonomi sederhana semakin tidak realistis, kondisi complexity membuat hubungan kausalitas linier dalam pemodelan ekonomi telah mencapai batasnya dan kurang berfungsi lagi.
Dengan kata lain, hubungan antarvariabel sangat kuat sehingga faktor eksternal dan internal yang sama masih dapat menghasilkan output atau reaksi sistem yang sangat berbeda.
Sementara itu dalam ekonomi mikro, misalnya perusahaan manufaktur, semakin tinggi nilai kompleksitas, maka strategi kualitas perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan kata lain, di era VUCA, complexity berpotensi menghasilkan peningkatan kualitas struktural jika berhasil diatasi.
Dengan adanya kondisi yang semakin kompleks dalam hubungan sebab akibat, situasi yang ambigu tidak dapat terhindarkan. Dalam buku Mack et al. (2016) berjudul Managing in a VUCA World menyebutkan bahwa saat ini keputusan bisnis menjadi semakin ambigu karena sering kali terdapat lebih dari satu solusi yang mungkin untuk suatu masalah.
Hal ini menjadi semakin ambigu saat tidak ada proses analitis untuk memutuskan opsi mana yang harus dipilih. Bahkan saat evaluasi terhadap sesuatu hendak dilakukan oleh dua orang, hasilnya dapat berbeda dan sama-sama valid.
Selain itu, fakta bahwa di dalam dunia bisnis pengambilan keputusan dan kesimpulan didasarkan pada fakta historis dan angka statistik yang dikumpulkan, pada kondisi ambiguity ini, keputusan yang benar pun mungkin sulit didapatkan.
Tanpa melihat terlalu jauh ke belakang, dalam dua tahun terakhir kita telah melihat terjadinya beberapa goncangan besar yang menciptakan gelombang instabilitas dan krisis multisektor secara global yakni pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Di sektor keuangan, kita dipaksa segera merespons kebijakan pengetatan moneter oleh The FED menyusul inflasi Amerika Serikat yang mencapai 9 persen.
Ada beberapa sumber dari gejolak yang melatarbelakangi kondisi VUCA di antaranya konflik geopolitik baik militer maupun non-militer, baik yang disebabkan oleh persaingan ideologis maupun perebutan sumber daya.
Kedua, spekulasi di sektor keuangan seperti di Jepang pada '90an dan di Amerika Serikat pada 2008. Ketiga, pengelolaan perekonomian dan keuangan negara yang lemah seperti yang terjadi di Yunani, Portugal, Venezuela, dan Srilanka
Berikutnya perubahan iklim global yang berpotensi kuat mengganggu suplai air dan pangan dunia. Merebaknya wabah penyakit, bencana alam yang melanda satu atau banyak negara. Proses creative destruction yang disebabkan oleh perkembangan teknologi yang cepat dan masif.
Bank Sentral Hadapi VUCA
Bank sentral punya peran mendasar dalam upaya mengurangi asymmetric information di antara para pelaku dengan cara mengurangi ketidakpastian yang ada di market. Dalam hal ini penting untuk disadari bahwa bank sentral tidak sendiri dalam hal ini, namun juga bersama-sama dengan sektor bisnis dan informal leader yang ada di masyarakat.
Untuk itu sangat penting untuk melengkapi kebijakan moneter dengan bauran kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang tepat untuk memastikan keberhasilan kebijakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Sheng, 2016).
Bank sentral perlu fokus terhadap perekonomian secara keseluruhan baik di sektor keuangan maupun sektor riil. Dewasa ini kita jumpai bahwa stabilitas harga tidak menjamin terwujudnya stabilitas sektor keuangan.
Suku bunga yang rendah ternyata punya dampak terhadap aset keuangan dan terciptanya risiko yang saling terkait antarlembaga keuangan. Pemahaman terhadap sektor riil tersebut meliputi rantai suplai produksi, keterkaitan sektor retail dan produsen, dan struktur pasar di berbagai industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: