”Bawah Sadar” dalam Tiga Babak; Peni, Uzzaer, dan Sekar (3); Menggugat yang Menggugah Sadar

”Bawah Sadar” dalam Tiga Babak; Peni, Uzzaer, dan Sekar (3); Menggugat yang Menggugah Sadar

Sekartaji Suminto di depan karyanya berjudul Tarot Art Deck: Minor Arcana, bermedia digital painting print on paper 300 grams.--

Sekar yang karyanya bercorak dekoratif kekanakan dalam pameran ini memanfaatkan teknologi digital guna membuat serangkaian ’desain baru’ kartu tarot dengan warna-warna meriah. 

Ia seakan ingin melepaskan beban ’magis dan berat’ kartu tarot biasanya menjadi layaknya hal sehari-hari, menggembirakan dan ringan saja. Ibaratnya membuatnya serenyah saat kita menonton pertunjukan K-Pop.

Lewat tajuk Bawah Sadar, Sekar –bersama Peni dan Uzzaer- mencoba merepresentasikan hal ikhwal tentang ide atau gagasan akan motif dasar manusia, dalam menjalani kehidupannya serta memajukan setiap jengkal kreativitasnya sebagai anugrah dari Sang Mahapencipta.


Suasana pembukaan Bawah Sadar di Miracle Prints Art Shop & Studio Yogyakarta milik Syahrizal Pahlevi.

Dalam seni rupa, keterkaitan alam bawah sadar dengan proses kerja kreatif merupakan salah satu bentuk enerji yang tak hanya muncul sambil lalu atau katakanlah tatkala kencing sambil berdiri. 

Namun menjadi bayangan bahkan dapat dikatakan sebagai jalan terbukanya pemikiran, akan kompleksitas karya yang menuntun pada hasil-hasil yang dapat dinikmati. 

Mampu memicu munculnya banyak pertanyaan yang kemudian membangun sebuah dialog yang mewujud sebagai bentuk ’tanggung jawab’ hakiki dari perupanya. 

Sesuai seturut jalan dengan pemikiran mereka dalam berkarya, alam bawah sadar menggerakkan imaji yang datangnya tak terkendali dan tanpa diduga.

Yang hadir sebagai ide atau gagasan dalam proses kreatif yang menuntut kebaruan tak hanya secara material namun juga inovasi. 

Dalam tulisan Syahrizal Pahlevi –owner Miracle- berjudul 3 Menggugat Kesadaran, komposisi tiga perupa yang sangat berbeda itu cukup seimbang. ”Setidaknya karena ketiganya sama-sama tipe pemberontak dalam berbagai kadar dan implementasinya. Sama-sama menolak kemapanan dan stereotip,” ungkapnya.

Padahal tidak diketahui kapan dan bagaimana mereka bertemu dan memiliki kesadaran untuk tampil bersama dalam berpameran bertiga ini. ”Peni malah menyebutkan bahwa dia telah lama berteman dengan Sekar. Dengan Uzzaer baru belakangan. Malah Uzzaer baru bertemu Sekar pertama kali saat pameran dibuka,” katanya.


Sekartaji Suminto yang menyerahkan karyanya sebagai ucapan terima kasih untuk Dr Timbul Raharjo MHum yang membuka pameran.

Namun dalam Bawah Sadar, ketiganya yang berkarya sangat berbeda bisa saling menguatkan topik. ”Di pameran kali ini ketiganya tampak seirama; sama-sama tipe pemberontak dalam berbagai kadar dan implementasinya. Sama-sama menolak kemapanan dan stereotip,” ungkapnya.

Pada Sekar terutama, Syahrizal merasakan semangat pemberontakan itu cukup kental di dalam diri Sekar. ”Terlihat dari penampilannya yang cuek dan kegemarannya akan seni tato,” katanya.

Ada juga latar belakang keluarganya yang seniman. Ayah Sekar, Suminto, dan paman-pamannya yakni Sun Ardi dan Suatmaji adalah para perupa penting Yogyakarta. ”Mereka tidak lebih sebagai rangsangan atmosfer pembentuk sikap kesenimanannya saat ini. Belakangan saya mengetahui dia performer. Saya pernah melihatnya tampil di acara pembukaan sebuah pameran,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: