Gelar Festival Penanggungan, Disbudpar Jatim Gandeng Ubaya

Gelar Festival Penanggungan, Disbudpar Jatim Gandeng Ubaya

Sebuah tarian disajikan dalam peresmian festival penanggungan. -Julian Romadhon-

HARIAN DISWAY, SURABAYA-Demi menjaga nilai-nilai leluhur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur (Disbudpar) menggandeng Universitas Surabaya (Ubaya) dalam gelaran Festival Penanggungan 2022 yang bertajuk Pawitra Pradaksinapatha.

Secara etimologi, kata Pawitra berartikan Gunung Penanggungan dan Pradaksinapatha yang berarti berjalan melingkar searah jarum jam. Sehingga, Pawitra Pradaksinapatha memiliki arti berjalan mengelilingi jalur kuno Gunung Penanggungan searah jarum jam. 

Rangkaian kegiatan festival tersebut meliputi gelar budaya Pawitra, jelajah situs Penanggungan, dan menjelajahi jalur kuno.  Jalur itu bakal memutari gunung, diduga  untuk akses masyarakat melakukan pertapaan di zaman dulu.

Kegiatan tersebut diikuti 75 mahasiswa pecinta alam dari 13 Universitas di Indonesia, serta komunitas pelestari cagar budaya dan warga sekitar. 

Selain itu, melibatkan pula LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan), Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), Tim Kesehatan dari PMI Kabupaten Mojokerto, serta Juru Pelihara Cagar Budaya Gunung Penanggungan sebagai pendamping.

Napak tilas kekayaan situs cagar budaya ini didukung penuh Anton Priyanto selaku Ketua Yayasan Ubaya, ia menunjukkan komitmennya untuk terus menjalin kerja sama demi pelestarian Gunung Penanggungan.

"Mari kita bersama-sama bersinergi memelihara situs Gunung Penanggungan, banyak situs cagar budaya di sini, sebagai bukti kejayaan peradaban masa lalu," kata Anton.

Kegiatan tersebut digelar tanggal 13 hingga 15 Agustus 2022. Pada hari pertama, peserta diberi dua materi pembekalan. Materi itu tentang potensi pengenalan cagar budaya dan kedudukan Gunung Penanggungan dalam sejarah peradaban era klasik di Jawa Timur.

Materi itu disampaikan langsung oleh Hadi Sidomulyo, warga negara Inggris yang aktif melakukan riset purbakala Gunung Penanggungan dan seorang arkeolog bernama Ismail Lutfi.

Di hari kedua, para peserta melakukan pendakian lewat jalur kuno dan berlamam di Candi Guru. Setelah itu di hari ketiga melakukan perjalanan turun melalui jalur Jolotundo.

Bertempat di Pendapa Ubaya Training Center, peresmian festival dibuka oleh Sekertaris Daerah Jawa Timur, Adi Kariono. Ia berharap semoga kedepan dengan adanya Festival Ini perekonomian semakin meningkat di sektor pariwisata.

"Setelah pandemi Sektor yg menarik selain pangan yaitu pariwisita, semua harus bersinergi cagar budaya penanggungan untuk kesejahteraan yang membanggakan masyarakat mojokerto, Provinsi Jawa timur, dan Indonesia." pungkasnya. (*)

 

Sumber: