Misteri Lagu Tedja Suminar untuk Leo Kristi di Pentas Cerdas Merdeka

Misteri Lagu Tedja Suminar untuk Leo Kristi di Pentas Cerdas Merdeka

--

Ada fakta yang terungkap dalam pementasan Cerdas Merdeka di halaman Studio Tedja Suminar. Sang penggagas, Swandayani, mengungkap bahwa lagu Beludru Sutra Dusunku yang dinyanyikan malam itu adalah lagu karya ayahnya, Tedja Suminar.

Paras cantik Titi Soetopo, partner duet Leo Kristi itu masih tampak. Dia hadir dan duduk bersanding dengan Swandayani, di kursi paling depan. Ketika Andang & Penyelaras hendak membawakan lagu-lagu maestro folk asal Surabaya itu, Titi menuju panggung. Bernyanyi didampingi Andang & Penyelaras, serta Cak Dauri dan Selo Sumarsono, seorang LKers (sebutan buat penggemar Leo Kristi, RedBeludru).

Cak Dauri dengan gitar akustik, Selo bermain bass. Beberapa LKers tampak hadir malam itu. Mereka antusias. Sebab, sosok Titi adalah partner duet awal musisi Leo. Dari situlah nama Christy yang ditulis Kristi didapat dan dipakai oleh Leo sepanjang kariernya. Nama itu merupakan nama panggung Titi.

”Saya senang karena Bu Titi dan Andang & Penyelaras berkenan membawakan lagu Beludru Sutra Dusunku. Lagu itu merupakan lagu karya papi saya, Tedja Suminar,” ujar Swandayani, saat memberikan sambutan sebelum Titi dan kawan-kawan tampil. Pendapat itu cukup mengejutkan. Karena Leo dikenal sebagai musisi idealis. Tak pernah membawakan satu pun lagu karya orang lain. Selain hanya karya-karyanya sendiri.

Swan kemudian berkisah tentang lagu tersebut. Ingatannya kembali pada puluhan tahun silam. Ketika papinya sibuk menggurat relief di dinding luar Gelora Tambaksari, yang dikenal pula dengan nama Gelora 10 November.

Tepatnya pada 1968. Relief itu dibuat dalam rangka menyambut Pekan Olahraga Nasional. Ketika itulah secara spontan Tedja melagukan sebuah nada dan lirik. Tanpa alat musik. Hanya menyesuaikan bunyi dari benaknya saja.

Saat itulah embrio awal Beludru Sutra Dusunku tercipta. Tedja seperti halnya Titiek Puspa. Piawai menciptakan lagu meski tanpa alat musik. Bahkan menurut Swan, papinya itu telah menciptakan banyak lagu. Namun tak pernah terpublikasi.
Swandayani, penggagas acara Cerdas Merdeka, memberikan sambutan sebelum pentas dimulai.

Bagi Swan, satu-satunya lagu yang terpublikasikan adalah Beludru Sutra Dusunku. Dinyanyikan oleh Leo Kristi, namun penyanyi yang dijuluki Sang Trubadur itu tak pernah mencantumkan nama Tedja Suminar sebagai pencipta lagunya. ”Papi menulis lirik lagu itu sembari melagukannya. Saya masih ingat, gumaman nadanya berbaur dengan suara ketukan mesin tik,” ujar perempuan kelahiran 1963 itu.

Usai menyelesaikan lirik Beludru Sutra Dusunku, Tedja menyerahkan tulisan itu pada Swan. Kemudian duduk di sampingnya. Sembari melihat kembali lirik dalam kertas yang dipegang putri sulungnya itu, Tedja berujar: ”lagu iku cocok nek tak kekno Leo.” Ia berkata bahwa lagu itu cocok jika diserahkan pada Leo untuk dinyanyikan bersama Titi.

Sebelum mengawali karier bermusik di bawah naungan Aktuil pada 1975, Leo kerap berkunjung ke rumah Tedja, yang sampai saat ini dikenal sebagai Studio Tedja Suminar. Berkumpul bersama sesama seniman. Seperti Krishna Mustajab dan kawan-kawan. Tentu mengajak partner duetnya pula: Titi.

Setiap menciptakan lagu, Leo sering memperdengarkannya terlebih dahulu pada Tedja. Untuk disimak dan dimintai pendapat. Saat itulah Tedja menawarkan Beludru Sutra Dusunku pada Leo. 

Tedja menyuruh puterinya untuk mengajarkan cara menyanyikan lagu tersebut pada Leo. ”Saat itu Leo tertarik. Katanya lagunya bagus. Saya sampai sekarang hapal. Karena semasa hidup, hampir setiap hari papi menyanyikan lagu itu,” ujar nenek satu cucu itu.
Dari sejumlah foto, Swandayani menceritakan tentang Leo Kristi yang sering menyanyi pada setiap acara pesta seni di rumah Tedja Suminar.

Namun Leo tak sekali pun memberitahu Tedja bahwa lagu tersebut menjadi bagian dari album perdananya yang muncul tahun 1975: Nyanyian Fajar. Itulah yang tak diketahui oleh Tedja maupun Swan.

Padahal, Leo selalu datang membawa materi lagu-lagunya untuk Tedja. Lagu-lagu sebelum dirilis menjadi sebuah album. ”Tapi setahu saya, album Nyanyian Fajar itu tak pernah ditunjukkan oleh Leo. Album-album setelahnya selalu disisihkan untuk papi saya,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: