Catatan dari Pameran Seni Lukis Nasional ”Bias Borneo” (2); Ayo Jadi Urang Banjar Jua
Suasana pameran Bias Borneo yang diikuti 100 perupa dari seluruh Indonesia di Taman Budaya Kalimantan Selatan.--
BANJARBARU, HARIAN DISWAY - Di era sekarang, jangan tanya di mana Urang Banjar berada. Meskipun berasal dari Kalimantan Selatan, di seluruh Borneo, barangkali akan ditemui Urang Banjar atau Suku Banjar. Maka jika Pameran Seni Lukis Nasional yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan melalui UPTD Taman Budaya memberi tajuk Bias Borneo, sudahlah tepat.
Menjadi bagian program Ragam Pesona Budaya Banjar 2022, Bias Borneo justru menyeruak di antara sejumlah acara yang digelar dalam rangka Hari Jadi ke 72 Provinsi Kalimantan Selatan dan HUT ke-77 Kemerdekaan RI.
Keberadaannya memberikan catatan tersendiri dalam memetakan perkembangan seni rupa Kalimantan Selatan. Bahkan Indonesia.
--
Memajang 100 karya dari 100 perupa Indonesia, Bias Borneo sejak awal tak membatasi para perupa yang terlibat. Dibuka open call dengan deadline 20 Juli 2022 oleh Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan (IPKS), pameran itu sudah menunjukkan sinyal keterbukaan.
Apalagi ketika menunjuk kurator yang dibawa dari DI Yogyakarta, perupa dan penulis Yaksa Agus, peluang bagi perupa luar Kalimantan Selatan yang ingin ikut serta makin menguat.
Ketua IPKS Muslim Anang Abdullah menyatakan bahwa profesionalitas adalah pertimbangan. ”Saya mengenal Mas Yaksa sudah lama. Dia banyak menangani berbagai perhelatan seni rupa di Yogyakarta dan punya latar belakang pendidikan seni rupa. Jadi mengundangnya menjadi kurator pameran adalah demi kesuksesan acara,” terangnya.
Penulis dengan Muslim Anang Abdullah mengapit lukisan karyanya yang berjudul Tarian Leluhur.
Maka ketika peserta datang dari segala penjuru Indonesia –sampai Tulungagung dan Purbalingga- Bias Borneo diproyeksikan sebagai pameran menasional. Bukan selingkup Kalimantan Selatan, bukan juga Kalimantan atau Borneo saja, apalagi hanya untuk Urang Banjar.
Itulah sematan pameran nasional saya pahami bukan klaim semata. Sama sekali bukan untuk menutupi kelemahan kekurangan peserta dari Kalimantan Selatan sendiri atau dari Borneo yang meliputi seluruh Pulau Kalimantan.
Nyatanya IPKS yang dirintis pada 2017 dan resmi pada 2018 itu menerima hampir 200 perupa yang ingin terlibat. Sebelum berakhir batas waktu, IPKS sudah menutup pendaftaran karena target peserta sudah tercapai. ”Responsnya sangat besar. Kami mempertimbangkan ruangan gedung Taman Budaya Kalimantan Selatan yang hanya dipetakan untuk 100 karya,” katanya.
Capaian dari sisi kuantitas itu, Bias Borneo yang digelar pada 16-21 Agustus itu menunjukkan bahwa potensi Kalimantan Selatan sebagai penggagas sebuah event seni rupa masihlah berdaya. Urang Banjar masih dianggap. Orang daerah sangatlah mampu membuat perhelatan bertaraf nasional.
Memang tak bisa dipungkiri bila poros Jawa masih menjadi salah satu penopang nilai kenasionalan Bias Borneo -bila tidak ingin disangka menjadi tolok ukur kesuksesan penyelenggaraan-. Masih harus ada Djokopekik, Nasirun, Diah Yulianti, Agus Baqul, dan Yaksa Agus sendiri agar Bias Borneo menjadi ”sesuatu”.
Tapi kehadiran mereka tidak mak mbedhundhug. Yaksa sendiri –sebagai kurator- meyakinkan bahwa ada pertalian mengapa ada mereka dalam pameran. Demikian juga bila ada pelukis Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang ikut serta.
Dalam Bias Borneo, semua perupa harus menjadi Urang Banjar. Sesuai tag line Ragam Pesona Budaya Banjar 2022, Batiti Adat Banua Harat Basuluh Iman Banua Tarang, bisa diartikan semua yang terlibat diajak ”untuk meniti adat di daerah yang luar biasa dengan mencari kepercayaan hingga tempat menjadi terang gemilang.”
Semangat itulah yang patut dihargai dari perhelatan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: