I Made Duatmika dalam Ya’tra Art di Mola Art Gallery; ’Membunuh Hiranyakasipu’ Versi Masa Kini

I Made Duatmika dalam Ya’tra Art di Mola Art Gallery; ’Membunuh Hiranyakasipu’ Versi Masa Kini

I Made Duatmika diapit dua karyanya yang dibawanya dalam Ya’tra Art di Mola Art Gallery yang berjudul Breakfast (kiri) dan Dinner.--

”Butuh orang yang dapat mengubah sistem pemikiran kita sehingga menjadi lebih baik lagi. Atau orang yang mampu membuat keputusan-keputusan besar. Sehingga dunia kembali mencapai keseimbangan,” terang alumni STSI Denpasar itu.

Dalam Narasimha Awatara, sosok Narasimha sebagai Awatara keempat Batara Wisnu tergambar di bagian atas kanvas. Dua sosok manusia di bawah sedang memegang smartphone. Satu sosok laki-laki tersorot warna seperti cahaya. Bertuliskan kala. Sedangkan sosok perempuan tersorot warna bertuliskan sandi.

Digabungkan menjadi sandikala yakni suasana hari ketika senja. Seperti Narasimha yang membunuh raksasa Hiranyakasipu saat sore hari. Sebab pada sore hari itulah ia beroleh kesaktian yang membuat dirinya tak bisa dibunuh pada malam atau siang. 

Serta tak bisa dibunuh oleh manusia atau hewan. ”Batara Wisnu menjelma menjadi manusia berkepala singa. Hiranyakasipu dibunuh ketika hari bukan siang, juga bukan malam,” tuturnya.

Raksasa Hiranyakasipu saat ini berwujud manusia-manusia yang terlena. Manusia yang kehilangan kepedulian dan mudah terpengaruh informasi yang tak jelas kebenarannya. 

Semua itu gambaran ya’tra. Dunia akan selalu dipenuhi ambisi dan keserakahan. Hingga untuk kesekian kalinya, Wisnu akan menjelma kembali dan mengatur tatanan dunia. 

Pandemi atau wabah penyakit, bencana alam, adalah siklus karma akibat perbuatan-perbuatan manusia. Sebab sebagian besar manusia masih belum melakukan ya’tra menuju pengendalian diri dan kedewasaan spiritual. 

”Ibarat siklus pada zaman Treta Yuga, ketika Wisnu menjelma sebagai Wamana Awatara,” ujar Made yang pernah melukis 7 Bidadari bersama Menkeu Sri Mulyani dalam acara G20 di Hilton Nusa Dua Bali, pada 14 Juli 2022 lalu. 
I Made Duatmika yang menemani Menkeu Sri Mulyani melukis on the spot tentang tujuh sosok wanita menjadi lukisan berjudul 7 Bidadari pada momen G20 di Hilton Nusa Dua Bali pada 14 Juli lalu. Lukisan berukuran 300x500 cm itu selesai dalam waktu empat jam.

Kisah Wamana Awatara tertuang dalam kitab Bhagawatapurana. Dikisahkan Wisnu menjelma menjadi brahmana bertubuh pendek. Ia diremehkan oleh Raja Bali yang ambisius. Ketika itu Wamana meminta tanah sejengkal. Raja Bali tertawa. Tak disangka, badan Wamana terus membesar dan mampu melangkah hingga tiga dunia sekaligus.

Dalam Wamana Awatara, Made menggambarkan sosoknya dalam rupa tiga anak kecil yang berdiri di atas tiga lingkaran. Sebagai perlambang tiga dunia atau dalam filosofi Hindu disebut bur, bwah, swah. ”Manusia saat ini masih berada dalam alam pikir dunia maya belum mencapai tingkat tercerahkan. Masih diliputi nafsu-nafsu duniawi,” terangnya.
Seri Awatara ketujuh yang sedang diselesaikan I Made Duatmika untuk menunjukkan bahwa filsafat Timur sangat kaya dan mampu menjadi kisah perumpamaan yang direnungi.

Lewat seri Awatara, Made menunjukkan bahwa filsafat Timur sangat kaya dan mampu menjadi kisah perumpamaan yang direnungi. Utamanya dalam menyelesaikan masalah saat ini. 

”Leluhur masa lalu kita pun melakukan ya’tra. Mereka menghasilkan kisah-kisah bermuatan filosofis yang tak lekang dimakan zaman. Tinggal bagaimana kita meneladani sosok-sosok baik dalam berbagai kisah itu,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: