Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (8) Lesehan di Kaki Buda Castle
Kami di depan Hungarian Parliament. Monumen yang sungguh besar. Bentuknya memanjang dengan kubah-kubah dan menara runcing bergaya Neo Gothic.--
Sampai di Danube, tampak luasnya sungai tersebut. Pantas Budapest disebut City of Water. Di atas sungai kedua terpanjang di Eropa itu, berdiri Szécheny Chain Bridge. Sayang jembatan sedang direnovasi. Sejak 2021 sampai Juli belum selesai. Karena itu, kami tidak bisa lewat. "Jembatan sudah karatan, terjadi kerusakan serius pada struktur," begitu keterangan dalam artikel berita.
Mejeng berempat di tengah jalan menuju Szent Istvan Bazilika atau Basilika St Stephen.
Kami lanjut naik bus ke tujuan selanjutnya, Hungarian Parliament. Monumen yang sungguh besar. Bentuknya memanjang dengan kubah-kubah dan menara runcing. Di depan bangunan bergaya Neo Gothic itu, kami duduk di bangku. Mau snacking sebentar.
Dari tempat itu, kami cukup menoleh ke belakang. Terlihatlah kemegahan parlemen. Tinggi 100 meter kurang sedikit. Panjang 268 meter. Lagi-lagi ada perempuan, warga lokal baik hati yang membantu kami mengambil foto keluarga. "Saya tahu susahnya dapat foto bersama," katanya.
Lantaran sudah sore, kami segera naik jalur tram nomor 2. Jalur paling ikonik di Eropa. Kereta listrik itulah yang membawa kita menyusuri tepi Sungai Danube. Lihat kanan dan kiri. Nanti ada Hungarian Parliament, Chain Bridge, juga Buda Castle.
Nama yang terakhir inilah tujuan final kami. Buda Castle adalah istana Kerajaan Hungaria. Sekarang Hungaria negara demokratik, raja terakhir berkuasa awal abad 19. Kastil berubah fungsi menjadi galeri dan museum nasional.
Gereja St Stephen Basilica dengan kubah besar da dua menara yang mengapit. Katanya gereja yang dibangun abad 18 itu menampung 8.500 orang.
Untuk menuju castle, kami naik bukit. Di atas kami menemukan taman. Várkert Bazaar dibangun di kaki Buda Castle pada abad 18. Semula kami mengira taman itu bagian dari kastil. Karena capek, kami lesehan dulu. Rayhan tertidur, Hamzah bermain. Anak bungsu kami itu melempar batu ke kolam. Kalau di Italia, melempar koin ke dalam kolam adalah doa agar bisa kembali ke tempat tersebut. Semoga ya.
Kami beranjak. Sebab kereta kami menuju negara lain berangkat pukul 20. Tapi kami mampir dulu ke toko Asia. Baru saja masuk, sekelompok orang memperhatikan kami. Dari wajahnya, saya sudah tahu mereka orang Indonesia. Sesama WNI langsung mengenali. "Halo Mas, Mbak," ujarnya.
Rombongan adalah diaspora yang bekerja di Kota Tata, Hungaria. Jaraknya sekitar 68 km dari Budapest. Mereka datang ke ibu kota untuk memperpanjang paspor di KBRI. Suami sempat mengobrol. Sementara saya belanja. Salah satunya mencari Indomie. Ada Indomie Vegetable. Setahu saya, rasa itu hanya ada di Eropa. Kata teman, mirip soto. Kalau bagi saya rasa kaldu sayuran.
Europe trip kami masih berlanjut. Kereta dari Budapest Keleti Statiun siap mengantar kami menuju Wina. (Oleh Munir Al Shine; ibu dua anak, diaspora Indonesia yang tinggal di Estonia)
Ke ibu kota Austria, kota dengan istana yang memesona, baca selanjutnya...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: