Buku ”Sang Mistikus Kasih” Karya Elang Merah; Budaya dalam Prosa Indah

Buku ”Sang Mistikus Kasih” Karya Elang Merah; Budaya dalam Prosa Indah

--

BOGOR, HARIAN DISWAY - Tertantang oleh mentor ternama sekelas Kirana Kejora, 45 anggota komunitas Elang Nuswantara yang disebut pasukan Elang Merah melahirkan karya prosa budaya filmis berjudul Sang Mistikus Kasih.

Ada syarat yang diajukan oleh best seller author Kirana Kejora ketika pertama kali mendengar bahwa Miya’z Script ingin bekerja sama membuat antologi.

Penulisan yang bertemakan prosa budaya filmis memang menjadi tema wajib yang disyaratkan novelis nasional tersebut. 

Sebab menulis budaya tidaklah seperti menulis tema lain. Riset dan sumber informasi yang akurat sangat sulit didapatkan karena terkadang minim informan.

”Namun berkat ilmu-ilmu dan dorongan motivasi dari mentor yang seorang writerpreneur, script writer, produser film, dan konsultan buku, kami seperti memiliki perbekalan yang banyak untuk siap maju di medan perang hingga berhasil mewujudkannya,” terang owner Miya’s Script Mia Siti Aminah.

Maka begitu ide itu oke, Mia bergerak mengajak para penulis untuk bersama-sama menulis prosa budaya film. ”Terkumpullah 60 tulisan dari para penulis Elang Merah yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang pendidikan. Namun setelah diseleksi akhirnya ada 45 penulis yang bertahan hingga penerbitan,” terang Mia.

Setelah lahir pada April 2022 lalu, disusullah acara puncak peluncuran pada Minggu, 21 Agustus 2022, di Auditorium Perpustakaan Nasional RI. Menariknya, buku itu dilahirkan bersama dengan dua karya lain dari para penulis budaya yang tergabung dalam Elang Nuswantara. 
Sang Mistikus Kasih diterbitkan Miya’z Script-Dandelion Publisher, buku milik pasukan Elang Putih diterbitkan Karya Murni Publisher dan buku karya pasukan Elang Biru oleh IIDN. ”Total tiga buku itu oleh 90 penulis. Bila diistilahkan, mereka ini seperti ’terbang’ membawa kebesaran Elang Nuswantara,” kata Kirana. 

Bahkan tak hanya ’menerbangkan’ karya, namun buku prosa budaya filmis itu adalah wujud penghormatan pada nilai-nilai budaya Indonesia yang dikemas dalam kumpulan cerpen romantis dan filmis. 

Setelah dibaca, maka akan tampak bahwa pemilihan budaya dan alur cerita yang diangkat begitu menyentuh. Disertai diksi-diksi indah yang mampu menghentak minat pembaca. ”Penulis Elang Merah ternyata penuh bakat dan piawai merangkai kata demi kata. Mereka menyampaikan budaya dalam prosa indah,” kata Kirana.

Bagi Mia, menggagas antologi bersama bimbingan Kirana merupakan kebahagiaan bagi agensi naskah yang berdomisili di Bogor dan Bandung itu. Selama ini Miya’z Script sudah membuat kelas-kelas penulisan, penerbitan, dan penyuntingan daring. ”Jadi ketika memutuskan untuk membuat antologi budaya, kami lebih mudah menjalankannya karena sudah ada basic-nya,” katanya.
Sebagian penulis buku Sang Mistikus Kasih. 

Apalagi bersama Kirana sebagai mentornya. ”Ia yang kami panggil Buk’e adalah seorang mentor yang sangat teliti dan detail,” katanya. 

Bersama Kirana, proses dari A sampai Z menerbitkan buku dilalui. Selama penggarapan, Elang merah diajari tip trik menulis, riset, hingga memilih budaya lalu meramunya menjadi tulisan populer. 

”Meski bertema yang diangkat bisa dibilang ’kuno’, tetapi karena kemasan dan ide cemerlang selama kelas, kami enjoy menulis, apa pun halangannya,” ungkapnya. 

Termasuk pemilihan konsep kover, judul buku, blurb, promosi, hingga peluncuran. ”Sebagai mentor, Buk’e Kirana piawai mengarahkan kami menjadi writerpreneur,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: