Santripreneur
-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-
Secara otodidak, ia membangun kompetensi di bidang bisnis. Juga, membangun jaringan seluas-luasnya. Untuk yang terakhir itu, ia mengaku mendapat berkah sebagai orang pondok pesantren. Apalagi, pondok pesantren besar yang terkenal seperti Al Falah, Ploso, Kediri. ”Tapi, saya tidak pernah mengedepankan sebagai putranya bapak (Gus Munif),” katanya.
Dengan bekal pesan-pesan ayahnya yang kiai itu, ia membangun karakter diri sebagai entrepreneur. Keteguhan, kejujuran, kesabaran, dan kerja keras. Menghormati dan menghargai orang lain. Apalagi yang lebih tua. Tawaduk, bahasa pesantrennya. Semua karakter itu menjadi dasar pendidikan di pesantren.
Dengan modal itulah, ia membangun diri.
Selain itu, pesantren selalu membangun kepercayaan diri yang tinggi. Di pesantren selalu diajari untuk berkompetisi di dalam pemahaman ilmu. Melalui berbagai kegiatan musabaqah maupun lomba pidato. Juga, lomba-lomba berdebat antarsantri. Juga, berlatih fokus karena seharian harus mengikuti berbagai materi pendidikan dan ibadah.
Seorang direktur perusahaan besar pernah mengatakan bahwa modal sukses dalam bisnis itu adalah kepercayaan diri. Bukan ijazah maupun capaian pendidikan tingginya. Karena itu, perusahaan yang menjadi bagian konglomerasi di Indonesia ini membangun pendidikan khusus untuk menempa kepercayaan diri tersebut.
Karena itu, bukan suatu mustahil jika pesantren juga melahirkan banyak entrepreneur baru sekarang. Pondok Pesantren Modern Gontor, selama ini, juga dikenal sebagai produsen para pengusaha santri. Yang telah tersebar di seluruh penjuru tanah air. Yang berbisnis dengan karakter dan etika yang terbangun lama.
Hari Santri yang selalu diperingati sejak ditetapkan sebagai Hari Nasional oleh Presiden Joko Widodo hanyalah legitimasi baru bagi santri. Legitimasi politik yang menambah kepercayaan diri para santri dalam percaturan dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Pengakuan setelah hampir setengah abad terpinggirkan.
Jika kini santri banyak berkiprah di berbagai lini kehidupan, ini karena bekal diri yang diperolehnya dari pesantren. Bekal karakter dan kepercayaan diri. Ditambah spiritualitas yang dibangun selama menjadi santri. Jadi, kiprah santri kini bukan sekadar hadiah, melainkan berkah dari sistem pendidikan pesantren yang dikembangkan para kiai.
Santri akan menjadi penyangga bangsa dan negara di berbagai lini kehidupan. Di bidang keilmuan, keagamaan, wirausaha, politik, dan sosial budaya.
Saya menjadi teringat ramalan cendekiawan muslim Nurcholish Madjid. Di tahun 1980-an, ia sudah memprediksikan bahwa kaum santri akan menempati posisi strategis di negeri ini. Sesuatu yang di beberapa dekade lalu masih menjadi pertanyaan besar. Karena mereka dianggap ancaman penguasa pada masanya.
Ayo, mondok! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: