29 Ribu Unit Apartemen di Surabaya Tak Berpenghuni

29 Ribu Unit Apartemen di Surabaya Tak Berpenghuni

Ilustrasi prakiraan cuaca Surabaya.-Afdholil Arrozy S - Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pandemi Covid-19 sudah benar-benar landai. Tapi dampaknya di sektor properti masih terasa. Penjualan properti masih saja belum bergairah. Padahal pemerintah sudah menggratiskan PPN selama satu tahun hingga September lalu. 

Okupansi apartemen di Kota Pahlawan pun tak kunjung meningkat. Berdasarkan Collier Research, hanya naik sekitar 1,8 persen ketimbang tahun lalu yakni menjadi 45,6 persen. Sementara total pasokan apartemen sudah tembus 53 ribu unit.

Itu berarti sekitar 29 ribu unit apartemen di Surabaya masih tanpa penghuni. Padahal, okupansi sebelum pandemi bisa mencapai 60 persen pada 2019 lalu. Bahkan, tahun ini hanya 72 unit yang berhasil terjual.

BACA JUGA:Indah Kurnia: Perbankan Jangan Kalah Dengan Pinjol, Masyarakat Butuh Proses Mudah dan Cepat

”Terendah sepanjang sejarah penjualan apartemen di Indonesia,” kata Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam keterangan tertulisnya. Banyak faktor yang memengaruhi. Salah satunya, penjualan apartemen di Surabaya terlalu mengandalkan pembeli dari luar kota bahkan luar pulau.

Sehingga, pandemi Covid-19 menjadi ancaman serius. Para pembeli atau penyewa yang didominasi dari kalangan pengusaha itu nyaris tak berkunjungan ke Surabaya. Rata-rata bekerja dari rumah (WFH).

Bahkan pada semester I sama sekali tidak ada pembeli. Penjualan apartemen mulai merangkak justru pasca hari raya Idul Fitri. Potensi pembeli datang beriringan dengan mulai dijalankannya proyek pembangunan pemerintah.

”Terutama memang para pengusaha,” jelas Ferry. Yang paling laris, unit tipe studio atau satu bedroom. Itu sesuai dengan permintaan para calon penghuni. Sekadar untuk istirahat tanpa perlu ribet.


-Annisa-Harian Disway-

Sekretaris Real Estate Indonesia (REI) Jatim Doan Risa Purbaya mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 okupansi apartemen di Surabaya memang masih lumayan. Terutama diisi oleh orang-orang yang berstatus penyewa. ”Itu macam-macam mulai dari mahasiswa sampai pebisnis,” katanya saat dihubungi Jumat, 28 Oktober 2022.

Mereka memilih untuk menghuni apartemen karena tak mau ribet. Harga sewanya juga lebih murah ketimbang hotel. Apalagi jika kebutuhannya dalam jangka waktu yang lumayan lama. 

Harga sewanya pun cukup terjangkau. Antara Rp 25 juta hingga Rp 45 juta per tahun. Perawatannya pun lebih simpel ketimbang mengontrak rumah. ”Free listrik dan air juga. Cocok memang untuk orang-orang kelas menengah atas yang sedang merantau,” tandasnya.

Ketua REI Jatim Soesilo Effendy menambahkan, ada satu faktor lagi yang membuat penjualan apartemen di Surabaya masih lesu. Bahwa orang-orang Jawa Timur khususnya Surabaya belum terlalu nyaman untuk tinggal di apartemen.

”Kalaupun ada yang beli, niatnya bukan untuk ditempati. Tetapi paling banyak ya untuk investasi,” jelasnya. Yakni untuk disewakan lagi. Dan mayoritas penyewa adalah para perantau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: