Kisah Khusnul Yakin dan Piala Dunia Sepak Bola Amputasi
KHUSNUL YAKIN begitu gagah dengan jersey timnas Indonesia di rumahnya, Minggu, 30 Oktober 2022.-Yusuf Dwi-Harian Disway-
Hidup Khusnul Yakin bagai roller coaster tahun ini. Bonek asal Wonokromo itu baru mengenal sepak bola amputasi pada Januari. Juni dipanggil TC Timnas di Jakarta. Seharusnya ia ikut World Amputee Football di Turki, 30 September - 9 Oktober 2022 lalu. Sayang, ketika impian sudah di depan mata, satu-satunya kaki yang ia punya mengalami cedera.
KHUSNUL Yakin terlahir tunadaksa. Kaki kanannya tumbuh tak sempurna. Sehari-hari ia pakai kruk atau tongkat bantu jalan.
Meski begitu, kecintaannya terhadap sepak bola tak terbendung sejak kecil. Makanya, ketika ada kesempatan ikut Piala Dunia di Turki, Khusnul merasa sedang bermimpi di siang bolong.
Sayang, takdir berkata lain. Lutut kaki kirinya mengalami cedera tendon saat timnas bersiap terbang ke Turki. Rasa sakit itu makin menjadi dua pekan sebelum berangkat ke Turki, bulan lalu.
Khusnul langsung down ketika tim fisioterapi memberi tahu hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging, Red). Otot tendonnya bermasalah. Ada juga pengapuran di lututnya.
Persiapan selama tiga bulan seperti sia-sia. Ia sudah mengorbankan waktu dan tenaga. Juga keluarga di Surabaya. Namun yang paling disayangkan adalah kesempatan untuk membela tanah air.
Mantan seniman tato itu menjalani perawatan selama sembilan hari. Ia harus merelakan rekan-rekannya terbang ke Turki demi membela Indonesia.
FOTO bersama timnas sepak bola amputasi Indonesia yang berlaga di World Amputee Football di Turki.-Yusuf Dwi-Harian Disway-
Di kejuaraan itu, Timnas Indonesia ada di grup neraka bersama Inggris, Amerika, dan Argentina. Indonesia tak lolos di fase grup dengan tiga kekalahan beruntun.
Tuan rumah Turki keluar sebagai juara untuk kali pertama di kompetisi yang digelar sejak 1984 itu. Tentu Khusnul sedih dengan hasil itu. Namun kekalahan itu jadi modal untuk persiapan Piala Dunia berikutnya.
Khusnul juga sudah move on. Ia tak mau terlalu memikirkan kekecewaan itu.
“Aku mikir jangka panjang. Ya wis lah, legawa wae (Ya sudahlah, saya legawa saja, Red),” ujar Khusnul saat ditemui di teras rumahnya, Minggu, 30 Oktober 2022. Ia tampak gagah dengan baju timnas Indonesia berwarna merah. Logo Garuda emas tersemat di dada kirinya. Tak banyak orang yang bisa berkesempatan memakai baju kebanggaan itu.
Gagal ke Turki bukan akhir dari segalanya. Khusnul merasa beruntung bisa bergabung dengan Timnas. Banyak pengalaman yang didapat saat TC.
Ilmu itu akan dibagikan untuk klub Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas). Tentu ada keinginan agar namanya jadi Persebaya Amputee. Namun soal nama ini agak sensitif. Tak bisa asal comot. Perlu pembicaraan lebih lanjut dengan tokoh-tokoh Persebaya.
Soal nama dipikir belakangan. Yang jelas, Persas sudah menjadi wadah besar bagi orang-orang dengan satu kaki yang selama ini kurang olahraga. Di Persas, mereka dipertemukan dengan rekan-rekan senasib. Mereka membangun kepercayaan diri untuk lebih banyak beraktivitas di luar rumah.
Ada belasan pemain yang membela tim yang usianya belum genap setahun itu. Di Persas, Khusnul adalah penyerang andalan. Sedangkan di timnas, ia jadi pemain belakang.
LATIHAN KERAS yang dijalani Khusnul Yakin dalam pemusatan di Jakarta.-Khusnul Yakin untuk Harian Disway-
Awal karirnya di sepak bola bermula Januari tahun ini. Ia melihat ada kompetisi sepak bola amputasi yang digelar Pemkab Jember. Mereka memiliki tim kuat: Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Djember (Persaid). Berdiri lebih dulu ketimbang Persas. Ia ingin bergabung ke sana, tapi kejauhan.
Tak lama kemudian muncul klub asal Madura: Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Madura (Persam). Nah, yang ini lebih dekat dengan Surabaya. Tanpa pikir panjang Khusnul langsung bergabung ke Madura. “Sama teman saya, Syaiful Arifin,” ujar pria kelahiran 1991 itu.
Tak disangka, Khusnul langsung membawa Persam juara tiga pada turnamen se-Jawa dan Bali itu.
Beberapa pekan terakhir, Khusnul fokus pada pemulihan kakinya. Akan ada kejuaraan Piala Menpora pada November nanti. Ia berlatih dengan Persas di Lapangan Unesa. Satu pekan bisa dua kali.
“Piala Menpora itu jadi ajang pembuktian, kalau saya masih bisa bermain membela Timnas,” kata pria kelahiran 1991 itu. Mudah-mudahan cedera khusnul benar-benar pulih.
Persas… Wani, wani, waniii…!!! (Yusuf Dwi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: