Harga Emas Masih Tertekan

Harga Emas Masih Tertekan

EMAS batangan 1 kg ditunjukkan oleh pegawai salah satu toko emas di Surabaya. Harga emas masih cenderung turun.-Julian Romadhon-Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Memasuki November, nilai emas masih lemah. Sebetulnya, harga terus merosot sejak April hingga Oktober. Itu dipicu oleh kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan pada Maret lalu.

Kenaikan suku bunga acuan membuat dolar menguat. Karena harga emas ditentukan berdasarkan dolar, maka penguatan itu membuat emas melemah. Kenaikan suku bunga tersebut baru kali pertama sejak 2018. 

Saat Maret, harga emas dunia di posisi USD 1.972,93 per troy ons. Bahkan sempat di posisi gemilang senilai USD 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret. Itu rekor tertinggi sejak Agustus 2020. 

BACA JUGA:Tujuh Bulan Harga Emas Anjlok

Nilai jualnya pun mencapai Rp 1.036.000 untuk satu gram. Persis dua pekan setelah perang Rusia-Ukraina meletus. Setelah itu harga emas terjun bebas di bawah Rp 1 juta.

Kemarin, 3 November 2022, harga emas dunia berada di USD 1.623,39 per troy ons. Artinya melemah sekitar 0,15 persen atau sekitar USD 295,54. Sepekan terakhir, harga emas anjlok 1,8 persen. Dalam sebulan, juga anjlok 3,9 persen dan anjlok 7,7 persen dalam setahun.

Dua hari lalu, harga emas Antam mencapai Rp 936 ribu per gram. Namun, harga di pasaran kembali anjlok lagi. Misalnya, di beberapa toko emas di kawasan Pacar Keling, Surabaya.

Untuk satu gram harga emas Antam bervariasi. Di satu toko, bisa mencapai Rp 831 ribu. Naik Rp 1.000 dari satu hari sebelumnya. Di toko lain, masih mencapai Rp 997 ribu. “Harganya memang nggak bisa diprediksi. Tapi memang turun terus setelah hari raya Idul Fitri,” ujar pegawai Toko Emas Gadjah Silvia Islamiyah.

Meski demikian, penjualan pun masih sepi. Bahkan cenderung turun dalam dua bulan terakhir. Kondisinya masih belum pulih setelah dua tahun dihantam pandemi Covid-19. ”Tapi, pas hari raya memang trafiknya naik,” ujar asisten Toko Emas Mahkota Dewi Krisnawati.

Pakar Ekonomi Universitas Airlangga Gigih Prihantono mengatakan, emas masih tergolong aset safe haven. Seperti orang berinvestasi dengan membeli rumah. Tidak terlalu berisiko.

”Jadi, lebih tepat emas itu untuk menabung. Karena emas kan sebagai pelindung nilai,” katanya. Menurutnya, harga emas memungkinkan naik lagi jika situasi di Eropa Timur meletus. Selama situasi masih stagnan, harga emas diprediksi bakal kembali turun atau setidaknya konsisten di kisaran Rp 900 ribuan.

Namun, kata Gigih, untuk berinvestasi tak perlu mengandalkan naik-turunnya harga emas. Ada investasi lain yang lebih menarik. Misalnya, obligasi pemerintah atau surat utang negara. ”Meski emas masih bisa dibilang safe haven, tapi nggak ada salahnya kalau mau coba yang lain,” terangnya.  (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: