Menkes Curhat Kekurangan Dokter Spesialis

Menkes Curhat Kekurangan Dokter Spesialis

Infografis Dokter Spesialis-Annisa Salsabila-Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ada satu tugas berat yang diberikan Presiden Jokowi kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin. Waktunya juga tidak banyak. Tugas itu adalah mereformasi sistem kesehatan secara menyeluruh. Setidaknya ada dua hak yang menjadi catatan khusus. Yaitu transformasi layanan rumah sakit (RS) rujukan dan SDM kesehatan. 

Budi pun meminta bantuan Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih agar turut serta mentransformasikan dua kategori tersebut. Terutama yang paling mendesak soal kebutuhan dokter spesialis di Indonesia. Itu menyangkut empat penyakit penyebab kematian tertinggi yakni penyakit jantung, kanker, stroke, dan gagal ginjal.

Sejauh ini, hanya ada dua cara penanganan pada pasien penyakit jantung. Pasang ring atau operasi bedah jantung terbuka. Namun, fasilitas untuk itu sangat minim. Masih ada enam provinsi yang rumah sakitnya tidak memiliki catheterization laboratory (cath lab). 

“Dan di Indonesia baru ada 40 rumah sakit yang punya cath lab,” ujar Budi saat berorasi di acara Sidang Senat Terbuka Dies Natalis Unair ke-68 di Aula Garuda Mukti, Gedung Rektorat lantai 5, Rabu, 9 November 2022.


Menkes Budi Gunadi Sadikin-  Foto: Boy Slamet-Harian Disway-

Harga satu unit cath lab itu sebesar Rp 15 miliar. Namun, bukan karena tak mampu membeli. Apalagi anggaran Kemenkes tahun lalu tertinggi ketimbang semua kementerian, yakni mencapai Rp 206 triliun.

Tentu membeli 6 unit cath lab untuk enam provinsi itu pun hal yang murah. Cukup menghabiskan Rp 90 miliar. Tapi, ada rintangan lain. Bahwa setiap cath lab membutuhkan empat dokter spesialis. Dan kebutuhan itu tidak bisa dipenuhi secara ujug-ujug lantaran butuh setidaknya waktu empat tahun.

Padahal, kata Budi, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 300-400 dokter spesialis intervensi jantung. Sedangkan produksinya sangat sedikit. Hanya mampu mengorbitkan 30 dokter spesialis per tahun.

“Sehingga yang terjadi di RS kita sekarang, untuk pasang ring butuh waktu tunggu satu tahun,” lanjut mantan dirut Bank Mandiri itu. Begitu juga dengan penyakit stroke dan kanker. Sekitar 10 provinsi tidak bisa melayani karena keterbatasan fasilitas dan SDM. 

Bahkan, setiap tahun terdapat 4,5 juta bayi lahir. Dari jumlah itu, sekitar 50 ribu bayi mengalami kelainan jantung. Dan sekitar 20 ribu bayi harus dioperasi dalam jangka waktu selama satu tahun. 


GROUNDREAKING Rumah Sakit Vertikal di Jalan Indrapura, Surabaya. Dari kiri, Dahlan Iskan, Wakil Rektor Unair Djoko Santoso, Wagub Jatim Emil Elestianto Dardah, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Mohammad Nuh, Irjen Kemenkes Murti Utami, dan Rektor ITS Mochamad Azhari. -Foto: Alyara Hananda - Harian Disway-

Sedangkan kapasitas operasi jantung di Indonesia hanya mampu menampung 6 ribu tiap tahun. Artinya, kata Budi, ada puluhan ribu bayi yang meninggal akibat tak mendapat layanan operasi jantung. “Dan kita tak punya kapasitas, terutama dokter spesialis agar bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ujarnya.

Budi berharap RS di seluruh kabupaten/kota bisa masuk level utama. Bisa melakukan intervensi non-bedah. Tentu dengan pasang ring melalui cath lab dan dokter spesialis. “Untuk itu saya datang ke sini minta tolong ke Pak Rektor. Saya gak bisa mengerjakan ini sendiri,” kata Budi dari podium.

Nasih pun menyambut baik masukan dari menkes. Ia menyatakan bahwa Unair siap bekerja lebih keras lagi untuk menjawab tantangan itu. “Terkait dengan dunia kesehatan, Unair akan bekerja maksimal untuk menjadi pioneer,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: