Tenaga Kesehatan, Pahlawan di Masa Pandemi

Tenaga Kesehatan, Pahlawan di Masa Pandemi

ETY Novianis, petigas Puskesmas Buduran menyiapkan suntikan vaksin.-Boy Slamet-Harian Disway-

Hampir tiga tahun pandemi Covid-19 berlangsung. Kini, keadaan jauh lebih baik. Sudah memasuki masa transisi menuju endemi. Tentu itu buah dari kedisiplinan bersama dalam mematuhi protokol kesehatan. Di balik dunia yang berangsur normal, jangan lupa bahwa ada peran primer para tenaga kesehatan (nakes).

--

NAKES menjadi ujung tombak dalam memerangi pandemi. Setia pada profesi. Memberi layanan kesehatan bagi para pasien. Dalam peperangan selalu ada pahlawan yang gugur. Tercatat sekitar 2 ribu nakes meninggal sejak awal pandemi 2020. Para dokter, bidan, perawat itu meninggal dengan membekaskan bau harum pada namanya.

Sementara mereka yang selamat terus melanjutkan perjuangan. Terutama terkait misi mulia menyangkut berlangsungnya kehidupan bersama. Yakni mengejar cakupan vaksinasi masyarakat.

Tentu saja itu bukan hal yang gampang. Apalagi ada persoalan lain yang menghadang. Seperti yang terjadi pada awal-awal gelaran vaksinasi. Masyarakat dihantui hoaks terkait vaksin. 

Akibatnya, percepatan vaksinasi pun terhambat di beberapa daerah. Di Jawa Timur, vaksinasi empat kabupaten Pulau Madura berlangsung alot. Bahkan ada yang di bawah 20 persen selama enam bulan sejak kali pertama vaksinasi digelar.

Pemerintah daerah akhirnya menggencarkan strategi baru. Yakni vaksinasi door-to-door. Para nakes berkunjung langsung ke rumah warga didampingi jajaran Forkopimda. Momen itulah yang lekat di benak Ety Novianis, seorang bidan di Puskesmas Buduran, Sidoarjo.   

“Karena kita ingin supaya masyarakat terlindungi,” ujarnyi saat ditemui di ruang vaksinasi Puskesmas Buduran pada Senin, 7 November 2022. Sampai saat ini, Ety pun masih bertugas menjadi vaksinator. Khusus bagi warga setempat yang membutuhkan booster.

Ety masih ingat bagaimana kondisi puskesmas tempatnyi bertugas sejak 1994 itu di masa awal pandemi. Tentu terasa mencekam. Setiap hari bekerja dengan pola yang baru.

Semua nakes mengenakan hazmat. Penanganan awal pasien yang baru datang tidak langsung di dalam gedung. Melainkan harus dites antigen di tenda halaman depan puskesmas. 

Sejak 28 tahun dia bertugas sebagai nakes, baru kali itu bekerja dengan perasaan takut dan cemas yang kuat. Terutama takut membawa virus ke rumah. Dan itu pun kejadian sebelum vaksin datang ke Indonesia.

“Rata-rata teman-teman di sini positifnya justru awal-awal pandemi,” katanyi. Dia pun mengisolasikan diri di ruang bidan miliknyi di rumah. Syukurnya, virus itu tak menyebar ke anggota keluarganyi.

Namun, keadaan lebih menegangkan lagi ketika ada serangan Delta pada pertengahan 2021. Tiba-tiba pasien di puskesmas membeludak. Semua pasien itu terpapar Covid-19 dengan gejala yang bermacam-macam. Mulai ringan, sedang, hingga berat.

Para nakes Puskesmas Buduran keteteran. Sulit mencari rumah sakit rujukan lantaran sama penuhnya. Bahkan sempat beberapa kali menjadikan mobil pribadi sebagai mobil ambulans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: