Kebaya Merah Cantik, tapi Eks Pasien RSJ Menur

Kebaya Merah Cantik,   tapi Eks Pasien RSJ Menur

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Sebab, penyidik sudah mengungkap bahwa sejak setahun terakhir Kebaya Merah membikin 92 video porno pesanan. Atau rata-rata empat hari bikin satu video porno, dan laku.

Gampangnya, apakah dia pasien pada saat sebelum main porno ataukah sesudahnya? Diperjelas, apakah dia pasien, kemudian menyebabkan jadi porno? Atau, karena aktris porno laris, berakibat jadi pasien?

Setidaknya masyarakat bisa waspada, hati-hati kalau punya keluarga perempuan yang pasien RSJ karena bisa porno. Atau sebaliknya. Tujuannya, meminimalkan jumlah aktris porno. Biar arek-arek lanang itu tidak selalu kepo.

Riset tentang psikologi aktris porno di Amerika Serikat (AS) sangat jarang. Kalaupun ada, tidak mendalam. Apalagi di Indonesia.

Lima dosen psikologi di UCLA (University of California, Los Angeles) meriset itu. Mereka: Corita R. Grudzen, Gery Ryan, William Margold, Jacqueline Torres, Lillian Gelberg. Riset dibiayai Program Beasiswa Klinis Robert Wood Johnson. Tanpa laporan keuangan, tanpa intervensi teknis riset.

Hasil riset mereka dipublikasi di jurnal ilmiah medis, National Library of Medicine, 16 Agustus 2008. Bertajuk Pathways to Health Risk Exposure in Adult Film Performers.

Lokasi riset, Los Angeles, AS. Sebab, di kota terbesar kedua AS itulah, jumlah terbanyak pelacur dan aktris film porno bermukim, berproduksi. Di sana legal.

Tim riset merujuk buku karya Schlosser E. Reefer, Madness: Sex, Drugs and Cheap Labor in the American Black Market (New York, 2003). Los Angeles jagonya porno.

Dituliskan, produk film porno terbesar dunia adalah Los Angeles. Industri film heteroseksual berpusat di San Fernando Valley, Los Angeles. Total omzet film porno di sana USD 4 miliar (sekitar Rp 62,6 triliun, kurs Rp 15.670 per USD) per tahun pada 2003.

Total volume produksi film porno 10.000 per tahun pada 2003. Itu sama dengan 27 film per hari, waktu itu. Karena itu, riset tim UCLA pada 2008 di sana.

Jumlah responden 18 aktris, 10 aktor, dan 2 informan. Mereka semua pemain aktif industri film porno. Topik riset kesehatan fisik dan mental. Lebih banyak ke kesehatan fisik: PMS dan HIV/AIDS.

Diungkap, responden terkena trauma fisik di lokasi syuting. Banyak yang masuk, lalu meninggalkan industri porno dengan ketidakamanan finansial dan menderita masalah kesehatan mental. 

Bayaran mereka sangat tinggi. Rerata aktris USD 2.000 per hari, aktor USD 1.700. Tapi, mereka terlalu konsumtif. Mungkin, karena beranggapan bahwa esok ada banyak duit lagi. Sehingga, mereka bahkan terbelit utang.

Fokus ke psikologis mereka, ternyata memang bermasalah. Aktris tidak mungkin mengakui bahwa dia mengalami gangguan jiwa. Seperti halnya, semua orang gila pasti mengaku tidak gila (sambil ketawa meringis).

Soal kondisi psikis, responden menolak diperiksa psikiater. Tim riset melakukan cek silang: Aktor menilai kondisi psikologis aktris dan sebaliknya. Tapi, hasilnya memang subjektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: