Indonesia Sebaiknya Abaikan WTO

Indonesia Sebaiknya Abaikan WTO

Smelter nikel di Indonesia Morowali Industrial Park-Foto: Dokumentsi Indonesia-Morowali Industrial Park-

Itu bisa bermakna adanya pilihan. Bisa menaati putusan atau mengabaikan. Tentu saja jika mengambil sikap ”merem” harus memahami kemungkinan risiko. Yakni memburuknya hubungan dagang dengan Uni Eropa. 

Misalnya, mereka mempermainkan komoditas tertentu yang sejauh ini telah dikerjasamakan dengan Indonesia. Entah menaikkan tarif atau harga. Atau bahkan bisa memboikot komoditas tertentu.

Namun, Juwana lebih yakin kemungkinan itu tak akan terjadi. Mengingat Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang kaya nikel. Bahkan menguasai sekitar 52 persen cadangan nikel dunia.

Begitu juga dengan jumlah produksinya. Bisa mencapai satu juta ton per tahun. Baru kemudian disusul negara lain seperti Filipina, Rusia, Brasil, dan Kaledonia Baru. ”Jadi, kalau mereka nyari ke negara lain mau ke mana? Nikel itu ya, Indonesia. Kita yang harus tentukan harga,” tandas Juwana.

Pemerintah Indonesia harus tetap melakukan perlawanan. Pengajuan banding harus diperjuangkan. Dalam waktu dekat, Indonesia juga bakal membentuk South-South Cooperation (SSC). Yakni untuk menyatukan suara negara-negara di wilayah selatan yang memiliki sumber daya mineral seperti Indonesia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey mengatakan, hilirisasi itu harus dijaga dengan pengaturan Domestic Market Obligation (DMO). Sehingga bisa ikut menjamin investasi yang sudah terealisasi di sisi hilir industri nikel domestik. 

”Dengan DMO itu kan kita tetap bisa cover di dalam negeri. Tetapi tetap ada kesepakatan untuk ekspor. Namun, tetap harus prioritaskan industri dalam negeri,” kata Meidy. Menurutnyi, sebagian besar pelaku usaha hulu tambang nikel cenderung memilih pasar ekspor. Tentu saja karena harga yang lebih mahal ketimbang domestik. 

Harganya bisa tiga kali lipat. Misalnya, nikel mentah kadar rendah. Di Indonesia hanya laku USD 20-USD 25. Sedangkan penjualan ke luar negeri bisa sampai USD 80. 

Namun, Meidy pun memastikan para pelaku usaha juga bakal tetap berkomitmen untuk menjaga laju investasi dan pengembangan hilir bijih nikel di dalam negeri. ”Tentu banyak yang pilih pasar ekspor. Cuma kita harus mendukung regulasi pemerintah,” katanyi. (*)

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: