Sekularisasi Bola

Sekularisasi Bola

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Bisakah kita di Indonesia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Jepang maupun negara lainnya? Kenapa tidak. Tentu yang paling utama yang harus dikedepankan adalah koimtmen bersama. Komitmen untuk membangun sepak bola sebagai salah satu industri olahraga. Artinya, harus memisahkan mereka dari kekuasaan. Seperti sekularisasi agama, memisahkan antara negara dan agama.

Dalam sejarah, menjadikan kompetisi sebagai bagian dalam memuaskan massa adalah keniscayaan. Seperti ketika lahirnya stadion besar untuk pertandingan gladiator dalam sejarah Romawi kuno. Itulah masa ketika olahraga yang mematikan menjadi bagian dari membangun legitimasi baru seorang raja atau kaisar. 

Dua dekade lalu saya pernah mengelola klub bola yang menyatu dengan politik. Ketika masih dibiayai APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah). Apa yang terjadi? Manajemen tidak bisa sepenuhnya fokus pada pengelolaan yang profesional. Melainkan harus mengakomodasi kepentingan-kepentingan politik di balik kucuran APBD tersebut.

Mengusung ide bola sebagai industri saat itu pun menjadi barang aneh. Seperti Wright bersaudara menggagas pesawat terbang di abad ke-18. Atau seperti para penulis skenario film fiksi yang memvisualkan mobil tanpa sopir beberapa dekade lalu. Atau saat para penemu telepon seluler sebelum terjadi revolusi digital.

Industri bola di Indonesia menjadi keharusan sekarang. Sayangnya, industri itu berkembang dalam ekosistem yang belum mampu sepenuhnya menopang kehidupan cabang olahraga dengan penggemar terbesar di dunia ini. Ia memasuki sistem industri setengah hati. Ia masih sering menjadi alat politik bagi sebagian orang yang ingin pansos dari industri itu.

Barangkali jargon ”Islam Yes, Partai Islam No” yang diteriakkan Cak Nur di tahun 1980-an perlu ditransformasikan di dunia bola Indonesia sekarang. Jargon yang diteriakkan ketika ia berjuang untuk memisahkan penggunaan agama dalam mobilisasi politik di negeri ini. Saatnya kini diteriakkan: ”Sepak Bola Yes, Politik Sepak Bola No”.

Dus, ”sekularisasi bola” adalah langkah awal membangun ekosistem yang bisa melahirkan industri bola kita. Melalui ekosistem baru industri bola, nilai-nilai, syariat, dan prestasi dalam industri itu akan melahirkan prestasi kolektif yang bisa gemilang. Juga, bisa melahirkan para pemain bola andalan.

Masak kita tidak bisa? (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: