Seratus Tahun Miss Riboet’s Orion

Deddy Otara dan Fitriyani di depan makam Miss Riboet di Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat, 15 Agustus 2025.-Deddy Otara-
PADA 15 Agustus seabad silam, seorang pengusaha Tionghoa terdidik bernama Tio Tek Djien mengambil keputusan besar. Keputusan yang mengubah sejarah panggung Indonesia.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota-kota besar di Hindia Belanda, pertunjukan teater menjadi hiburan favorit masyarakat. Teater hadir sebagai pelarian, ruang imajinasi, dan hiburan sesaat yang menyegarkan.
15 Agustus 1925: Kelahiran dan Perjalanan Gemilang Miss Riboet’s Orion Dimulai.
Di Pekalongan, tahun 1923, Tio Tek Dien mendirikan sebuah pasar malam yang megah dan menarik perhatian. Ia menamakannya: Orion-Park. Sayangnya, bisnis itu tidak berlangsung lama.
BACA JUGA:Meditasi dalam Teater, Metode Mengenal Diri Sendiri
Pasar malamnya mulai sepi peminat. Hanya menyisakan sebuah tenda stambul di pasar malam tersebut, yang diisi oleh gadis lincah yang pandai bermain peran: Miss Riboet’s Orion.
Tio akhirnya memutuskan untuk mengembangkan tenda stambul yang masih ramai tersebut. Lalu mendirikan sebuah rombongan komedie stamboel bernama Maleisch Operette Gezelschap Orion.
Kami mengungkapkan bahwa tanggal 15 Agustus 1925 adalah hari ketika rombongan tersebut dibentuk dan menerbangkan harapan baru.
BACA JUGA:Imam Al-Bukhari & Sukarno, Teater Tablo Merajut Diplomasi, Spiritualitas, dan Warisan Budaya
Itulah tanggal ketika Miss Riboet’s Orion menjejaki langkah baru untuk menyuguhkan sandiwara berkualitas di Hindia Belanda.
Pernyataan itu kami dasarkan pada hasil penggalian arsip surat kabar tua yang menceritakan perayaan 10 tahun berdirinya pertunjukan tersebut, seperti tertulis dalam Sin Po dan Pemandangan (13 & 15 Agustus 1935), serta Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië (14 & 16 Agustus 1935).
Nisan Miss Riboet di Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat. Dia merupakan seniman pertunjukan kenamaan Hindia Belanda.-Deddy Otara-
Bersama sang primadona, Tio memutuskan memecah tradisi stamboel lama yang sarat parodi dan sensasi murahan.
BACA JUGA:Adisaroh: Pementasan Teater Tentang Kisah Cinta Dari Studio Daluang di Balai Budaya Surabaya
Ia membangun pertunjukan yang lebih teratur. Memadukan inspirasi dari literatur Barat dan Timur. Namun, tetap berpijak pada selera penonton Hindia Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway