Seratus Tahun Miss Riboet’s Orion

Seratus Tahun Miss Riboet’s Orion

Deddy Otara dan Fitriyani di depan makam Miss Riboet di Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat, 15 Agustus 2025.-Deddy Otara-

Miss Riboet: sosok maskulin yang dijuluki ‘He Women’ karena aksinya yang lincah dan berani, representasi perempuan kuat melalui aksinya sebagai laki-laki yang pandai bertarung di atas panggung. 

Namanya melambung bahkan sampai ke negeri seberang. Kehadirannya ditunggu dan dinanti-nantikan oleh publik di berbagai kota. 

Miss Riboet bahkan sempat memiliki peluang untuk melebarkan sayap ke Hollywood. Namun, tawaran itu dia tolak dengan alasan sederhana: karena di sana tidak ada sambal!

BACA JUGA:Martcapada, Imajinasi Teatrikal Teater Kusuma dalam Dies Natalies Untag ke-35

"...Apa lagi bagaimana, tuan, kita bisa senang, disana tidak ada sambal!" demikian ujar Miss Riboet pada seorang jurnalis surat kabar de Telegraaf, 11 November 1934.

Barangkali alasan sederhana itu menggambarkan keteguhan hati Miss Riboet. Dia berkomitmen untuk tetap berpijak di tanah yang telah membesarkannya. Dia terus berkarya dan menjaga eksistensi panggung pertunjukan di Hindia-Belanda.

Sang Penyanyi Multibahasa

Salah satu genre populer saat itu adalah musik keroncong yang lembut, syahdu, dan bersemangat.

BACA JUGA:Bawa Teater Tari The Wounded Cuts ke Rumah Banjarsari, Whani Dharmawan Refleksikan Pencarian Jati Diri

Dan di antara banyak bintang musik keroncong, nama Miss Riboet yang paling ‘laku’. Dia tidak saja piawai berakting di panggung.

Tapi juga memiliki suara indah. Mampu bernyanyi dalam berbagai bahasa: Melayu, Jawa, Belanda, Arab, Inggris, Mandarin, bahkan Turki.

Semuanya fasih. Seolah mengalir dari pita suaranya. Miss Riboet dianggap sebagai salah satu artis rekaman tersukses dalam sejarah musik Indonesia. 

BACA JUGA:Persiapan Paskah Paroki Hati Kudus Yesus, Gongnya di Teater Penyaliban Yesus saat Jumat Agung

Lagu-lagu Miss Riboet seperti sebuah syair pantun yang dinyanyikan. Hal unik yang menjadi ciri khas keroncong miss Riboet adalah adanya instrumen piano dalam setiap nyanyiannya. Itu jelas bukan merupakan instrumen keroncong standar setidaknya sampai tahun 1929.

Piringan hitamnya laris di mana-mana. Perusahaan rekaman Beka bahkan merekam lebih dari 100 lagu Miss Riboet, yang terjual hingga ke Singapura dan Malaysia. Kalau sekarang, mungkin dia sudah jadi langganan posisi teratas Top Chart.

Penjualan rekaman Miss Riboet meningkat pesat dan banyak yang menyukai lagu-lagu yang dinyanyikan olehnya. Bahkan pers menyebut penghasilan Miss Riboet bisa saja mencapai sepuluh ribu gulden, dilansir De Locomotief, 4 Agustus 1927. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway