Bus Listrik G20 Mengaspal di Surabaya, Layani Rute Purabaya–Kenpark
Suasana di dalam bus listrik eks G20 yang dioperasikan di Surabaya.-Nadine Churnia Putri/Harian Disway -
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Akhirnya yang dinanti tiba juga: bus listrik eks KTT G20 Bali. Bus tanpa suara itu sudah mengaspal di Surabaya, Minggu, 18 Desember 2022.
Ukurannya lebih mungil ketimbang Trans Semanggi maupun Suroboyo Bus. Kapasitasnya 30–40 penumpang.
Kini sudah ada 17 unit yang dihibahkan ke Kota Surabaya. Sebanyak 15 unit melayani rute Terminal Purabaya–Jemursari–Rungkut Industri–Gunung Anyar–MERR–Kenjeran Park. Dua unit sisanya dicadangkan.
”Ini masih diujicobakan, sementara untuk satu rute,” kata Kasi Angkutan Jalan dan Penumpang Dishub Kota Surabaya Ali Mustofa. Tentu saja warga sudah bisa menumpangi bus listrik itu. Ongkosnya disamakan dengan Trans Semanggi: Rp 6.200. Namun, gratis bagi para pelajar.
Sistem pembayarannya pun nontunai. Pakai dompet elektronik atau e-wallet. Rencananya, bus listrik diresmikan besok, Selasa, 20 Desember 2022.
Pemkot Surabaya mendapat hibah 34 unit bus listrik. Sebanyak 17 unit lagi didatangkan pada awal tahun depan. Melayani rute Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ)–Stadion Gelora Bung Tomo. Rute itu dibutuhkan untuk perhelatan Piala Dunia U-20 tahun depan.
Pengoperasian bus listrik itu mirip dengan Trans Semanggi. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub menggandeng DAMRI sebagai operator. ”Jadi, lokasi pengisian daya atau charging station nanti ditunjuk Perum DAMRI, yaitu di Jalan Jagir dan Purabaya,” ungkap Ali Mustofa.
Petugas cleaning service Ronald Faizal membersihkan bagian bagian Bus Listrik produksi PT INKA yang digunakan untuk kendaraan angkut pemilihan KOCI Jatim.-Boy Slamet-
Pakar transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Machsus Fauzi mengapresiasi kedatangan bus ramah lingkungan itu. Namun, kuantitas kendaraan listrik perlu ditingkatkan agar efeknya lebih terasa.
”Kalau hanya puluhan masih kurang. Karena masih banyak rute yang harus dilengkapi,” ujarnya. Kekurangan tersebut bisa ditambal dengan berbagai cara. Salah satunya, mengonversi transportasi publik berbasis BBM ke listrik.
Seperti diketahui, seluruh bus listrik itu merupakan buatan PT Inka (Persero), Madiun. Diproduksi untuk mendukung pelaksanaan KTT G20 di Bali. Satu produk dengan Electronic Innovation Bus atau E-Inobus yang diluncurkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Oktober lalu.
E-Inobus juga akan digunakan sebagai pendukung transportasi umum di Jawa Timur. Hingga kini, sudah diproduksi 53 unit bus.
Ada sederet spesifikasi yang dimiliki. Jumlah kursi hanya 19. Punya panjang 8,1 meter dan lebar sekitar 2 meter. Untuk sekali pengisian penuh baterai, bus bisa menempuh jarak 160 kilometer.
Durasi pengisian daya cuma 1,5 jam. Kecepatan maksimalnya mencapai 100 kilometer per jam.
Bus listrik yang bodinya dari stainless steel itu juga tercatat lebih hemat. Estimasi bahan bakarnya bisa menghabiskan Rp 1.171 per kilometer. Sedangkan bus diesel menghabiskan Rp 2.790 per kilometer.
Pun demikian dengan pemeliharaan rutin. Dengan estimasi 250 kilometer per hari, E-Inobus menghabiskan biaya Rp 3,4 juta, sedangkan bus diesel bisa mencapai Rp 6,7 juta. Artinya, jauh lebih efisien 49 persen ketimbang bus diesel.
”Bus ini dapat meredam dan mengurangi emisi karbon yang selama ini banyak didominasi BBM,” ujar Khofifah.
Khofifah pun berharap agar bus listrik bisa diproduksi secara massal. Dengan demikian, biaya produksinya bisa ditekan. Juga, dapat digunakan sebagai moda transportasi bagi masyarakat. ”Harapannya, harga yang ada di pasaran bisa ditekan sehingga lebih terjangkau dalam pembelian setiap armadanya,” ujar mantan menteri sosial itu. (Mohamad Nur Khotib-Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: