Liburan, Pariwisata Panen

Liburan, Pariwisata Panen

Harimau Benggala koleksi Kebun Binatang Surabaya.-FOTO: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Libur Natal dan tahun baru sudah tiba. Jalanan mulai padat. Kementerian Perhubungan memprediksi sebanyak 60 juta kendaraan menempuh perjalanan. 

Mobilitas masyarakat itu melonjak ketimbang tahun sebelumnya. Itu bisa dilihat dari mudik lebaran yang baru diizinkan pemerintah pada Mei lalu. Tercatat sebanyak 85,5 juta orang menempuh perjalanan. 

Para pemudik tersebut dihitung dari semua moda transportasi. Baik darat, laut, maupun udara. Prediksi volume lalu lintas jalur darat masih didominasi pemudik dari wilayah Jabodetabek mencapai 2,73 juta kendaraan.

Dan Jawa Timur menjadi tujuan pemudik paling banyak. Sebanyak 1,28 juta kendaraan bakal menempuh perjalanan melalui Trans Jawa. Tentu saja itu juga berdampak pada melonjaknya pengunjung tempat-tempat wisata.

Apalagi Jawa Timur juga terdaftar sebagai salah satu dari 10 tempat yang punya wisata andalan. Salah satunya, kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang selalu menjadi primadona wisatawan. Baik wisatawan domestik maupun asing.

Okupansi hotel pun otomatis meningkat. Bahkan peningkatannya sudah kembali normal. Sudah seperti momen libur akhir tahun sebelum pandemi Covid-19. 

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, okupansi hotel naik mencapai 65-70 persen sejak Kamis, 22 Desember 2022. Dan kini rata-rata sudah tembus 80 persen. Masa panen ini akan berlangsung hingga 2 Januari 2023 nanti.

"Kondisi ini mirip Nataru pada 2019 lalu. Sudah kembali normal," tegasnya. Sebab, momen Nataru selama pandemi Covid-19 begitu melempem. Terutama pada 2020 silam, okupansi tak sampai lima persen.

Dwi berharap kondisi terus stabil mulai tahun depan. Apalagi PHRI juga mendukung wacana Presiden Joko Widodo segera menghentikan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Yang mana, kebijakan itulah yang membuat dunia pariwisata menderita beberapa tahun.

Gara-gara PPKM, banyak tempat wisata dan hotel terpaksa tutup. Ribuan orang menganggur lantaran diberhentikan. Tentu saja Dwi tak mau periode gelap itu berulang.

"PPKM juga bikin masyarakat trauma untuk bepergian," katanya. Maka pencabutan PPKM itu akan bermakna sebaliknya. Yakni bisa menjamin kenyamanan sekaligus keamanan bagi para wisatawan.

Menurut Dwi, trauma itu juga dirasakan para pengusaha hotel dan tempat swasta. Mereka mencermati satu hal. Bahwa kasus Covid-19 naik saat awal tahun lantas PPKM bakal diperketat.

"Tapi, ini malah jadi kabar gembira, PPKM dicabut. Kami sangat berterima kasih," ujar lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Jatim itu. Kebijakan itu bak rezeki nomplok bagi para pengusaha pariwisata. Mereka bisa kembali bekerja normal seperti sedia kala.

Artinya, para pengusaha bisa kembali membuat strategi dan promosi. Terutama untuk menyiapkan hari-hari besar dan momen liburan. Apalagi, kata Dwi, Jatim selalu jadi destinasi favorit warga Ibu Kota Jakarta, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: