Dari Pameran Arsip ke Museum Covid-19, Mungkinkah?

Dari Pameran Arsip ke Museum Covid-19, Mungkinkah?

Agung Sosiawan dan Bagong Suyanto.-Foto: Dokumentasi Pribadi-

MEMASUKI 2023, masyarakat dapat sedikit bernapas lega. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhir tahun lalu telah mengumumkan pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). 

Kebijakan pencabutan tersebut dilakukan bukan untuk gagah-gagahan. Pemerintah telah melakukan kajian panjang sebelum mencabut PPKM. Presiden mengatakan, angka-angka yang didapat dari kajian itu menunjukkan kondisi korona atau Covid-19 di Indonesia telah terkendali.

Keputusan Jokowi mencabut kebijakan PPKM tentu patut diapresiasi. Dalam kajian yang dilakukan selama 10 bulan terakhir, data yang ada memang menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil mengendalikan Covid-19. 

Angka BOR (bed occupancy rate), positivity rate, angka kematian, semuanya di bawah standar WHO sehingga akhirnya diputuskan di akhir tahun 2022 PPKM dicabut. Meski demikian, masyarakat tetap diimbau untuk waspada dan menjaga diri masing-masing agar tidak masuk euforia yang berlebihan –yang berisiko membuat virus berbahaya itu kembali mengancam dan meluas.

Belajar

Untuk peringatan sekaligus tempat belajar agar bangsa Indonesia dapat belajar dari sejarah meluasnya Covid-19 dan bagaimana mengatasinya, Universitas Airlangga pada 3 Januari 2023 menggelar acara Pameran Arsip Covid-19 Universitas Airlangga. Pameran arsip khusus Covid-19 itu digelar di Gedung Merah Putih, Alun-Alun Kota Surabaya. 

Acara pameran dihadiri berbagai kalangan. Mulai kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, pengurus Arsiparis Jawa Timur, jajaran Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga, wakil Rumah Sakit dr Soetomo, Sekretaris Universitas Koko Srimulyo, para wakil rektor, dekan Universitas Airlangga, hingga kalangan mahasiswa dan wartawan.

Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi ketika membuka acara menyatakan, pameran arsip Covid-19 itu digelar dengan tujuan tidak sekadar untuk mengenang berbagai pihak di garda terdepan yang menjadi korban keganasan Covid-19. Tetapi, sekaligus untuk mengapresiasi para akademisi dan stakeholder terkait yang telah memberikan support hingga dilahirkannya berbagai produk inovasi untuk penanganan Covid-19.

Dalam sambutan, Ni Nyoman kembali mengingatkan peserta yang hadir tentang sejarah perkembangan dan bahaya virus Covid-19 yang menggegerkan dunia hingga saat ini. Bermula dari Wuhan, Tiongkok, virus berbahaya itu kini telah menyebar di hampir semua negara di dunia. Berbeda dengan virus flu Spanyol yang mematikan, tetapi skala persebarannya relatif terbatas, Covid-19 yang muncul di era global seperti sekarang ini telah merambah ke berbagai negara –nyaris tanpa terkecuali. 

Mobilitas masyarakat global yang lintas negara dan kemudahan layanan transportasi yang tersedia menyebabkan virus Covid-19 dengan cepat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Berdasar data dari WHO, hingga Selasa, 3 Januari 2023, jumlah kasus virus Covid-19 di dunia telah mencapai 665.592.475 orang. 

Di seluruh dunia, korban yang meninggal dunia dilaporkan 6.699.340 orang dan 20.927.605 orang masih dirawat (positif aktif) serta 637.965.530 pasien dinyatakan sembuh. Hingga hari ini, Eropa menjadi benua dengan angka kasus Covid-19 tertinggi. Yaitu, 243.098.914 kasus. Sementara itu, Amerika Serikat menjadi negara dengan angka kasus tertinggi di dunia. Yakni, 102.686.752 orang.

Dari 231 negara dan teritorial yang terdampak pandemi virus Covid-19, Indonesia berada di urutan ke-20 dengan 6.720.501 kasus, 160.636 orang meninggal, dan 6.550.770 orang sembuh. Menjelang awal 2023, angka korban Covid-19 di Indonesia menurun drastis. Meski demikian, keganasan virus Covid-19 benar-benar menjadi pelajaran pahit yang perlu dikenang dan dipelajari agar ke depan bangsa Indonesia mampu lebih siap menyikapi bencana seperti virus Covid-19 yang mungkin saja akan datang di masa depan.

Museum Covid-19?

Saat sambutan, ketua panitia acara Pameran Arsip Covid-19 Universitas Airlangga menyatakan, acara itu seyogianya tidak hanya berhenti pada kegiatan pameran arsip, tetapi ditindaklanjuti untuk membuat museum. Usulan sekaligus harapan ketua panitia tersebut tidaklah berlebihan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: