Pergantian Tahun di Hong Kong (2): Traveler Sepi, Pekerja Migran Banyak

Pergantian Tahun di Hong Kong (2): Traveler Sepi, Pekerja Migran Banyak

Antrean di Bandara Hong Kong yang didominasi pekerja migran yang harus kembali bekerja.-Nathania Christiyanto-Harian Disway-

Pesona Hong Kong memikat hati para traveler. Tak heran jika Kota Mutiara dari Timur itu menjadi salah satu kota yang paling dituju di dunia. Pada 2018, misalnya, kunjungan turis asing tembus 30 juta orang.

 

TIKET pesawat sudah di tangan. Kami bersebelas tak banyak pertimbangan lagi setelah cukup punya informasi tentang aturan perjalanan. Sejak September 2022 itulah, tiada hari yang paling dinanti selain Rabu, 28 Desember 2022.

 

"Jangan tidur malam-malam. Belum selesai, ta?" tanya Mama saat menghampiri ruang kerjaku di rumah. Malam itu, Selasa, 27 Desember, aku masih punya tanggungan pekerjaan untuk desain halaman Harian Disway. Baru rampung pukul 21.30.

 

Sudah nggak sabar untuk packing baju-baju dan barang-barang. Maklum tiga tahun tak menjamah koper kesayangan. Dan packing kali ini lebih lama dari biasanya.

 

Aku sangat excited menyiapkan outfit untuk di Hong Kong Nanti. Tak terasa, semua baju baru rampung terkemas pukul 01.00 pagi. Cukup mepet karena kami harus pergi dari rumah pukul 06.00 pagi. Jadwal pesawat pukul 08.30 pagi.

 

Tak ada yang ketinggalan. Termasuk hasil tes antigen mandiri. Artinya, fisik sudah siap. Mental apalagi. Kami pun dirundung hati yang berbunga-bunga.

 

Keriangan makin menjadi-jadi begitu kami tiba di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda. Rasanya sangat lama tak merasakan sensasi perjalanan jauh. Makin riang melihat orang-orang lalu lalang menenteng koper.

 

Sayang, selebrasi kecil itu tak berlangsung lama. Atmosfer mendadak berubah begitu tiba di Bandara Internasional Hong Kong pada pukul 14.10. Sebagian penumpang ternyata hanya transit. 

Baca Juga: Tak Seribet di Tiongkok

 

Mereka melanjutkan perjalanan ke negeri lain seperti Jepang dan Korea. Dan astaga… justru lebih banyak para pekerja migran yang mengular di meja imigrasi. Bahkan mungkin hanya keluarga kami yang travelling.

 

“Ah, ini cuma kebetulan,” batinku. Mataku mulai melirik kanan-kiri. Melihat sekeliling ruangan. Berharap dugaanku keliru. Ternyata, penumpang dari maskapai lain pun sama. Didominasi pekerja migran. Mereka kebanyakan dari Filipina.

 

Yang hobi travelling pasti tahu. Keriuhan para traveler selalu khas saat di bandara. Apalagi di musim liburan akhir tahun. Wajah ceria menghiasi suasana. Sibuk menenteng lebih banyak koper dan tentu saja troli yang penuh tumpukan tas. 

 

Turis asing memang cukup banyak. Sampul paspor mereka yang warna-warni masih aku lihat di mana-mana. Dari Tiongkok, Korea, Jepang, sampai turis Eropa. 

 

Tetapi, pakaian necis dan rapi yang dikenakan justru menggambarkan mereka sedang mengurus bisnis. Atau sedang ada panggilan tugas dari pekerjaan. Yang jelas, bukan sedang jalan-jalan.


Antrean di Bandara Hong Kong yang didominasi pekerja migran yang harus kembali bekerja.-Nathania Christiyanto-Harian Disway-

 

Pemandangan seperti itulah yang tak lagi aku temukan. Kini, tempat pengambilan bagasi melompong. Jumlah koper yang keluar dari conveyor belt juga sangat jarang. Ratusan trolly menganggur. Tetap rapat dan didiamkan di satu sudut ruangan.

 

Suasana kadang memengaruhi mood. Itu mengingatkanku pada momen travelling ke Korea pada Januari 2020 lalu. Saat transit di Hong Kong, Papa tidak mengizinkan kami keluar hotel. Hong Kong masih rumit karena demo besar-besaran yang berlangsung sejak 2019.

 

Saat balik dari Korea justru lebih mencekam. Baliho-baliho di tepi jalan dicoret-coret dengan pilox. Batu bata berserakan di jalanan. Pasti efeknya masih terus berlanjut. Bahkan mungkin lebih berat karena tiga tahun belakangan terpuruk oleh pandemi Covid-19. 

 

Aku juga khawatir oleh bayanganku sendiri. Sektor bisnis di pusat perkotaan jelas masih down. Termasuk beberapa bisnis keluarga. 

 

Ah, kedatangan di bandara rupanya tak sesuai harapan. Dengan perasaan yang campur aduk itu kami masih harus bergelut menghadapi banyak aturan. Jelas panik karena semua aturan itu sama sekali baru bagi kami.

 

Setiap kegembiraan pasti menular. Kecemasan pun demikian. Aku hampir saja kehilangan gairah. Tapi, apa boleh buat. Semua yang terjadi harus tetap disyukuri. Hong Kong tetap menjadi kado natal dan tahun baru yang paling dinanti dengan keluarga. (naskah ditulis oleh Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: