Penjelasan Psikolog Anak Farida Kurniawati Tjahyadi Tentang Kasus Pencabulan Anak oleh Anak di Mojokerto

Penjelasan Psikolog Anak Farida Kurniawati Tjahyadi  Tentang Kasus Pencabulan Anak oleh Anak di Mojokerto

Farida Kurniawati Tjahyadi-Dok pribadi-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kasus perkosaan di Mojokerto menggemparkan Indonesia. Sebab, pelaku dan korbannya masih bocah. Di bawah umur,

Harian Disway menjadi media yang pertama kali mengungkap kasus di Mojokerto itu. Kejadiannya sudah lama 7 Januari 2023.

Ada banyak pertanyaan dan pernyataan yang dilontarkan masyarakat. Diantaranya, Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sebagian besar menyalahkan orang tua pelaku.

Banyak juga orang tua yang menjadi khawatir. Karena setiap anak bisa saja menjadi korban maupun pelaku. 

BACA JUGA:Anak 6 Tahun Digilir Tiga Bocah di Mojokerto: Bunda..., Apa Itu Dosa?

BACA JUGA:Bocah Umur 6 Tahun di Mojokerto Diperkosa Tiga Teman Sepermainannya

Psikolog Anak Farida Kurniawati Tjahyadi yang juga Ketua Yayasan Baby Smile School itu kaget ketika mendengar kabar tersebut.

Menurut Farida, penyebab terjadinya kasus seperti di Mojokerto adalah perkembangan teknologi dan informasi. Ditambah kurangnya pengawasan orang tua.


Ilustrasi pencabulan--

Sehingga tontonan ataupun game yang tidak sesuai, mudah mereka akses. Bisa juga karena mereka mencontoh orang tua. Karena pernah melihat orang tuanya berhubungan suami istri.

“Sehingga anak-anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan naluri ingin mencobanya. Melakukan hal-hal asusila. Tanpa mereka memahami, hal tersebut memberi dampak yang besar bagi orang yang mereka perlakukan dan diri mereka sendiri,” kata Farida, saat dihubungi, Rabu, 25 Januari 2023.

BACA JUGA:Ketahuan! Bungkusan Narkoba Dilempar ke Atap Masjid Lapas Mojokerto

BACA JUGA:Marselino Ferdinan Pamitan ke Persebaya: Aku Budal, Rek!

Pengawasan yang sangat lemah dari orang tua, disebabkan oleh keterbatasan waktu waktu mereka. “Banyak juga orang tua yang kurang memberikan kasih sayang kepada anak-anak. Sehingga anak bertumbuh secara bebas. Tanpa pegangan norma-norma yang benar. Mereka menjadi tidak terkendali atau liar,” terang Farida.

Norma yang dimaksud oleh Farida adalah, bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Untuk itu bukan hanya mengedepankan IQ (Intellectual Quotient).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: