Es Teh Tumpah, Pembunuh Dihukum Mati
-Ilustrasi: Annisa Salsabila - Harian Disway-
Teori Daly itu hasil riset di Amerika Serikat (AS) pada 1990-an. Baru dibukukan pada tahun terbit di atas. Sebelum dibukukan pun, sudah beredar di kalangan ilmuwan kriminologi-psikologi-sosiologi internasional, melalui jurnal-jurnal ilmiah.
Teori itu dilawan teori baru. Prof William Alex Pridemore dalam riset kriminologi bertajuk Poverty Matters: A Reassessment of the Inequality-Homicide Relationship in Cross-National Studies yang dimuat di British Journal of Criminology edisi Agustus 2011.
Ia menyebutkan, teori ”ketimpangan penghasilan” Daly lemah. Memang betul, motif pembunuhan bisa bersumber dari hal-hal sepele. Dan, bermotif harta. Tapi, tidak sepenuhnya akibat jurang kaya-miskin yang dalam.
Pridemore adalah kriminolog. Guru besar peradilan pidana di University at Albany, New York, AS.
Disebutkan Pridemore: ”Bahwa korelasi ketidaksetaraan penghasilan masyarakat dengan pembunuhan adalah artefak metodologis.”
Ulasannya teknis gabungan kriminologi dan ilmu ekonomi. Sebab, itu jurnal ilmiah.
Tapi, gampangnya Pridemore memberikan contoh, bersifat teoretis. Tentang sebuah negara tempat setiap orang bekerja dengan baik. Warga tidak kurang sandang, pangan, papan, sekolah, kesehatan, hiburan, dan kebutuhan sekunder lainnya.
Rata-rata warga di negara itu mukim di lingkungan yang tertata bagus, aman, sehat, dan nyaman. Warga bisa rekreasi mewah saat liburan. Seumpama digambarkan di Indonesia, kira-kira warga yang tinggal di perumahan kluster kelas menengah atas. Makmur.
Tapi, di antara perumahan kluster itu ditinggali beberapa miliarder yang sangat kaya. Jauh lebih kaya daripada rata-rata tetangga. Bisa disimpulkan, ada ketimpangan kepemilikan harta di perumahan kluster tersebut.
Pridemore dalam makalahnya bertanya, apakah tempat semacam itu punya tingkat kekerasan yang sama dengan tempat di mana orang-orang berada dalam kemiskinan yang parah?
Dengan kata lain, Pridemore bertanya, apakah warga kelas rata-rata di perumahan kluster itu menyimpan dendam sosial terhadap beberapa miliarder yang jadi tetangga mereka?
Alhasil, Pridemore berpendapat, bukan ”ketimpangan penghasilan” penyebab tindak kriminal (termasuk pembunuhan), melainkan fokus ke kemiskinan. Gampangnya, timpang kepemilikan harta tak masalah, asal warga rata-rata hidup cukup makmur.
Ulasan Pridemore itu selaras dengan pendapat Bapak Kriminologi Dunia Prof Cesare Lambroso. Kriminolog Italia itu menyatakan, ”Kemiskinan adalah ibu dari kriminalitas.”
Dalam kasus tukang es teh Ryan, ia pastinya miskin. Tinggal bertetangga dengan korban yang secara ekonomis kurang lebih setara. Beda-beda tipis. Ryan bukan membunuh orang bergelimang harta.
Maka, teori Pridemore lebih cocok di kasus tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: