Ameliorasi Lato-Lato Bisa Menggerus Makna Awalnya

Ameliorasi Lato-Lato Bisa Menggerus Makna Awalnya

Seorang anak bermain lato-lato yang sedang in.-Moch Sahirol Layeli-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ada peristiwa ameliorisasi dengan kata lato-lato yang dipahami oleh masyarakat saat ini, Bukan lagi merujuk pada permainan. Apakah itu?

Lato-lato adalah permainan yang terdiri dari dua bola kecil dan seutas tali yang menghubungkan kedua bola tersebut. Pada tengah tali, biasanya diberikan pembatas untuk memudahkan seseorang memainkannya.

Akan tetapi, faktanya kata yang digunakan untuk merujuk pada permainan tersebut telah mengalami pergeseran. Peristiwa bahasa tersebut ditunjukkan pada komentar-komentar yang dilontarkan oleh netizen di media sosial pada berita Dikta Wicaksono yang diduga mengalami pelecehan seksual. 

Berdasarkan video yang beredar di media sosial, rata-rata menangkap gambar ketika Dikta berjalan ke arah pintu keluar bersama managernya sambil menutupi bagian vitalnya dan sedikit merintih kesakitan. Dari situlah banyak netizen yang menyimpulkan bahwa Juri Indonesian Idol tersebut mengalami pelecehan seksual.

Dari sejumlah video yang tersebar, banyak netizen yang berkomentar dengan menggunakan kata “lato-lato” untuk menggantikan kata testis. Seperti lato-lato Dikta diremas atau meringis tahan sakit, lato-lato Dikta diremas oleh seorang fans. Tidak hanya itu, kata ulang tersebut bahkan digunakan oleh beberapa media massa dalam tulisannya. 

Dalam kasus tersebut, tentunya kata “lato-lato” sudah meluas maknanya. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak lagi hanya menggunakan kata “lato-lato” untuk merujuk pada dua benda bola bundar yang dihubungkan dengan tali. Akan tetapi, masyarakat juga menggunakan kata tersebut untuk menggantikan kata testis.

Secara semantik, peristiwa bahasa ini termasuk dalam pergeseran makna ameliorasi. Dilansir dari jurnal yang ditulis oleh Maharani dalam Prosiding, bahwa ameliorasi adalah perubahan makna menuju makna yang lebih tinggi, lebih halus, dan lebih baik dibandingkan makna sebelumnya.

Di Indonesia, gejala pergeseran makna ke makna yang lebih halus merupakan gejala umum. Beberapa orang bahkan sengaja menggunakannya agar kalimat yang diucapkan terdengar lebih santun dan menghindari sarkasme.

Maharani menyebutkan bahwa salah satu penyebab peristiwa ameliorasi adalah tabu bahasa yang berhubungan dengan eufimisme. Tabu bahasa merupakan larangan sosial yang membatasi gerak seseorang untuk berbicara atau melakukan suatu hal. Sementara eufimisme adalah sebuah kata yang bisa menggantikan kata sebelumnya atau kata yang dianggap tabu.

Berdasarkan kasus tersebut, pergeseran makna kata lato-lato untuk menggantikan kata testis dalam kasus tersebut dapat menyebabkan tumpang-tindih ketika digunakan. Bahkan memungkinkan makna kata awal lato-lato sebagai sebuah mainan tergerus. (Umaimah ‘Iffat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: