Kisah Arjuna di Balik Seni Jemparingan: Olahraga Olahrasa
R Muhammad bin Rachmad bersama para peserta jemparingan dalam acara pekan budaya Fisib Universitas Trunojoyo Madura 2019--Dokumentasi UKMF Orgasib
Seperti dalam kisah Arjuna saat mengikuti syaembara mendapatkan Drupadi, Putri Panchala. Saat itu Arjuna harus memanah sebuah ikan kayu yang berada di atas kubah, dan di bawahnya terdapat kolam guna memantulkan bayangan ikan yang berada di atas.
Peserta dari Bali mengikuti Jemparingan on Delepen di DAM Pleret 1904 Pasuruan, Minggu, 4 September 2022.-Lailiyah Rahmawati/Harian Disway-
Namun, Arjuna harus memanah dengan hanya melihat bayangan terpantul dari kolam. Dengan tenang Arjuna membidikkan gendewa tanpa melihat ke atas.
Arjuna diam berkonstentrasi, lalu ia melepaskan anak panah itu dengan penuh keyakinan, dan mengenai ikan kayu tersebut tanpa melihat ke atas.
“Pemaknaan rasa dalam jemparingan itu, cipta rasa karsa. Cipta, saat pemanah mulai memasang dedher atauanak panah, lalu penjemparing menarik benang busur sampai pipi sambil mengira-ira dengan rasa. Karsa, lalu melepaskan anak panah dengan berserah diri kepada Tuhan. Terkena target ataupun tidak, harus diterima hasilnya,” ucap Roy.
Bandul/wong wongan atau target sasaran jemparingan yang memiliki bentuk lonjong tersebut difilosofikan sebagai diri dari manusia itu sendiri.
“Maka, sebenarnya kegiatan jemparingan adalah kegiatan memanah yang mengajarkan usaha untuk menaklukkan dirinya sendiri,” kata Roy.
Maka tak heran, serangkaian kegiatan jemparingan tersebut disimpulkan sebagai kegiatan olahraga sekaligus olah rasa. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: