Cheng Yu Pilihan Bos Marimas Harjanto Halim: Zhi Zu Chang Le
--
DITANYA peribahasa Tiongkok yang paling menginspirasi, Harjanto Halim –yang empunya perusahaan minuman serbuk Marimas– langsung menjawab, "知足常乐" (zhi zu chang le). Artinya: Yang merasa cukup, akan senantiasa bahagia.
Betapa miripnya dengan hadis Rasulullah nomor 6446 yang diriwayatkan Imam Bukhari: Laisal ghina 'an katsrotil 'ardh, wa laakinnal ghina, ghinan nafs (Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Melainkan dengan hati yang selalu merasa cukup).
Pepatah zhi zu chang le itu bersumber dari Tao Te Ching (道德经), gabungan dua kitab yang ditulis oleh Lao Tzu (老子), filsuf pendiri Taoisme. Dalam bab 44 kitab tersebut, Lao Tzu mengajukan pertanyaan begini:
"Reputasi atau kehidupan, manakah yang lebih penting? Kehidupan atau harta benda, manakah yang lebih berharga? Kehilangan atau mendapatkan, manakah yang lebih menyakitkan? Maka, siapa yang terlalu banyak keinginan akan lebih banyak menghabiskan. Siapa yang terlalu banyak menimbun akan lebih banyak kehilangan. Siapa yang merasa kecukupan, bisa menghindari kehinaan. Siapa yang memahami kapan berhenti, bisa menghindari bencana. Inilah cara untuk mempertahankan hidup lebih lama" (名与身孰亲?身与货孰多?得与亡孰病?甚爱必大费,多藏必厚亡。故知足不辱,知止不殆,可以长久).
Dihubungi lewat WA (10/4), Harjanto bercerita kenapa menyukai adagium tadi. Suatu waktu, selepas berkunjung ke situs pemakaman dinasti Ming di Beijing, pria bernama Mandarin Liem Tun Hian 林敦贤 ini membeli oleh-oleh patung telapak kaki terbuat dari kayu yang di punggung kakinya ada ukiran laba-labanya.
Sepulangnya ke Indonesia, patung itu Harjanto hadiahkan kepada temannya. Kawannya senang bukan kepalang. Lalu mengisahkan makna filosofis dari patung dimaksud.
Syahdan, saat lewat di sebuah taman, Sang Buddha mendengar jeritan orang-orang minta tolong dari dasar sumur neraka. Tampak orang-orang tumpang-tindih terbakar dan tersiksa oleh api di dalamnya.
Sang Buddha melihat sesosok yang ia kenal. Seorang serdadu. Dulu, serdadu ini berjalan di sebuah hutan dan hampir saja menginjak seekor laba-laba. Untung ia melihat lalu menghindarinya.
”Engkau pernah berbuat baik menyelamatkan nyawa seekor laba-laba. Meski itu perbuatan baik kecil, aku akan mencoba membantumu,” kata Sang Buddha.
Lantas meluncurlah ke dalam sumur, seutas benang laba-laba dari langit.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta: Shu Shi Nan Zhe
Begitu melihat benang laba-laba terulur, si serdadu segera menangkap dan memanjatnya. Ia sangat gembira merasa terselamatkan.
Akan tetapi, saat sampai di tengah-tengah, benang laba-labanya mendadak bergoyang keras. Saat ia melongok ke bawah, ternyata puluhan bahkan ratusan orang-orang yang terhukum di neraka berusaha ikut memanjat. ”Jangan ikut! Ini benang laba-labaku!” sergahnya.
Namun, orang-orang yang kalap tidak menghiraukannya. Mereka terus saja memanjat. Benang laba-laba bergoyang makin keras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: